Archives

Jangan Cari Aku di Facebook-mu

Jangan Cari Aku di Facebook-mu



Apakah Facebook? Mahluk apakah ia, hingga namanya hari ini kian dengan mudah kita dengar di mana-mana? Kekuatan apa pula yang membuatnya hari ini mampu menarik 2 juta orang dari seluruh dunia sebagai users account baru setiap minggunya, bergerak kian meningkat pesat dibandingkan laman sejenisnya?

Apakah Facebook semata kita definisikan sebagai salah satu laman jejaring pertemanan di dunia maya, seperti halnya Friendster, Plurk, Twitter, dan lainnya? Ataukah ia bisa juga menunjukkan fenomena sosial yang mengacu pada perubahan tingkah laku masyarakat dunia?

Lalu siapa sesungguhnya Mark Zuckerberg yang mulai mengembangkan Facebook dengan bahasa pemrograman Ruby On Rails di usianya ke 21 tahun itu? Dan kenapa juga tulisan ini mesti saya beri judul “Jangan Cari Aku di Facebook-mu”, seakan-akan saya hendak menularkan sebentuk kesinisan usang yang tak laku zaman tentang perilaku kegandrungan manusia akan Facebook di era cyber saat ini?

Mari kita jawab satu persatu pertanyaan di atas…

Facebook Sebagai Wadah Sosial

"Facebook adalah wadah sosial yang menghubungkan seseorang dengan teman serta orang lain yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitarnya." Begitu kalimat pembuka yang saya jumpai pertengahan tahun lalu ketika pertama kali masuk ke halaman utama Facebook.com.

Dan segera setelah itu, saya sukses membuat sebuah akun atas nama saya di sana. Terasa menyenangkan memang, pada awalnya Facebook mampu ‘menghubungkan’ saya dengan banyak kawan baru, bersosialisasi, bahkan berkumpul lagi, dan berdiskusi dengan kawan-kawan lama yang sudah bertahun-tahun tak pernah ketemu.

Yang menarik bagi saya saat itu, saat tersadar bahwa sebagian besar kawan-kawan saya para penghuni Facebook itu rata-rata menghabiskan minimal 30 menit sehari beraktivitas di sana. Entah sekedar memperbaiki status di wall-nya, mengunggah foto-foto narsis terbaru mereka, ada pula yang rajin menulis puisi dan catatan harian untuk sekedar dikomentari kawan-kawannya.

Lagipula siapa yang tahu bahwa di balik “username” tertentu di antara daftar kawan-kawan saya tersebut, beroperasi sebuah penopengan realitas akan keaslian jati diri mereka sendiri di dunia nyata. Dalam artian, siapa saja bisa menjadi apa saja dalam dunia Facebook!

Orang pun tak mampu lagi membedakan mana yang selebritis betulan dan mana yang freak, sebab dua-duanya bisa sama-sama eksis dan tenar di dunia Facebook. Karenanya dalam konteks ini, bisa dibilang bahwa Facebook merupakan semua mimpi dari representasi dan rekreasi realitas penggunanya.

Dan hal tersebut mulai terasa aneh saat saya tersadar bahwa di antara sesama penghuni Facebook sendiri, rupanya mulai terbangun pola rutinitas harian mereka di sana. Seakan-akan mereka semua bertetangga, bersosialisasi dan hidup normal layaknya di dunia nyata. Tak pelak lagi, lambat-laun saya pun curiga bahwa makin hari Facebook mulai terasa seperti sebuah dunia yang berdiri sendiri dan kian terpisah dari realitas sosial sehari-hari penggunanya.

Apakah mungkin bahwa gambaran Facebook sebagai candu masyarakat cyber kita belakangan ini, sejalan dengan yang dulu pernah diracaukan Baudrillard lewat filsafat metaforiknya tentang sebuah kematian sosial (“death of the social”)?

Facebook Sebagai Hantu Sosial

Bagi Baudrillard, kematian sosial di sini bisa kita pahami ketika ide tentang wujud sosial dan masyarakat diambil-alih oleh kuasa media dan informasi massa. Lenyapnya ide sosial dan masyarakat di sini mestilah dipicu dengan berkembangnya model-model sosial semu (artificial communities atau virtual society) yang terbentuk dari relasi, interaksi, dan komunikasi yang bersifat artifisial, sebagaimana yang tengah terjadi di dunia Facebook.

Lalu setelah relasi sosial tak lagi mengada dan kenyataan sosial habis terserap di dalamnya, apa yang kini tersisa, kawan? Jawabnya tak bisa lain adalah simulakrum sosial itu sendiri! Hahaha... Baru sekarang bisa saya bayangkan betapa naifnya Marx ketika bermimpi bahwa suatu hari nanti di masa depan, kekuatan ekonomi masyarakat bisa menopang kehidupan sosial yang komunal dan egaliter.

Kenapa naif? Karena Facebook tak hanya menunjukkan sebuah kematian sosial yang sedang terjadi di depan mata kepala saya saat ini, tapi juga membuktikan bahwa dimensi sosial itu sendiri bisa dijual. Di mana nilai-nilai keakraban dan kebersamaan komunitas itu sendiri menjadi komoditi yang diperjualbelikan dalam rangka mendapatkan keuntungan.

Dalam artian juga, siapa saja bisa menjadi apa saja dalam dunia Facebook selama dia tak keberatan dibombardir berbagai iklan produk dari semisal Coca-Cola dan Microsoft. Kalau masih tak percaya, simak saja niat CEO sekaligus pendiri Facebook Mark Zuckerberg pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos yang menyatakan bahwa, "Pada 2009 ini, Facebook akan intensif untuk mencari uang dengan memanfaatkan database anggota dengan lebih serius menggarap iklan." (03/02, Tempointeraktif.com)

Maka alih-alih sekedar menjadi wadah sosial yang menghubungkan seseorang dengan bla…bla...bla..., rupanya tampak jelas sekali bahwa Facebook merupakan eksperimen mutakhir para penggiat kapitalisme tingkat lanjut.

Kalau kasarnya saya bicara, Facebook bukanlah laman jejaring sosial yang murni menghubungkan para penggunanya. Tapi ini tentang bagaimana sebuah perusahaan kapitalis bisa membuat komunitas global nan artifisial yang melewati batas-batas antar negara, dan menjual produk seperti Coca-Cola kepada jutaan user-nya. Dan ini juga tentang bagaimana perusahaan kapitalis bisa menghasilkan uang banyak dari pertemanan para user-nya itu sendiri.

Penutup

Sampai di titik ini, akan sangat mungkin bila kawan-kawan pembaca menganggap saya ini semacam pemikir radikal yang post-Marxist dan menganut sikap kritis tertentu terhadap perkembangan kapitalisme mutakhir. Judul esai ini yang berbunyi “Jangan Cari Aku di Facebook-mu”, bisa saja diartikan kawan-kawan bahwa penulis di sini adalah orang yang telah dibangkitkan kesadarannya untuk keluar dari jebakan kapitalisme dengan cara menghapus akun Facebook yang dibuatnya setengah tahun yang lalu.

Kalau betul kawan-kawan menduga seperti itu, bisa saya pastikan kalian keliru. Alih-alih bersuntuk-suntuk ria dengan segala tetek bengek pemikiran kritis tentang Facebook dan kematian realitas sosial, saya justru begitu bersemangat menghanyutkan diri dalam ironi yang terlanjut fatal ini.

Hanya saja kali ini, bukan diri saya yang asli yang tampil dalam drama semu nan banal berjudul Facebook itu. Meminjam bahasa Nuruddin Asyadhie yang bilang bahwa Facebook adalah novel polifonis dunia cyber, maka bolehlah jika kali ini saya kembali menjadi salah satu tokoh di novel tersebut, tentu dengan karakter tokoh dan alur cerita yang saya kehendaki sendiri.

Maka jangan cari aku di Facebook-mu, kawan. Sebab siapa tahu saya di sana sudah jadi seseorang lain yang boleh jadi tak pernah kamu kenal sebelumnya.



Jangan Biarkan Facebook Membombardir Email Anda

Setelah anda mempunyai sebuah profil di Facebook, sudah seharusnya anda mengubah beberapa setting default yang ditetapkan oleh Facebook. Satu yang terpenting adalah setting tentang email notifikasi yang bakal anda terima lewat email anda. Pada kondisi default Facebook memberikan opsi ON atas semua notifikasi, itu artinya anda bakal dibanjiri email dari Facebook, hingga inbox andapun akan penuh dengan email-email notifikasi yang kadangkala ngga penting.

Untuk mengubah setting tentang notifikasi ini bisa anda akses lewat menu [setting] > [account setting] anda akan dibawa ke halaman My Account, setelah itu anda klik tab [notification]. Bisa anda lihat, di sana banyak sekali notifikasi yang disediakan oleh Facebook untuk dikirim ke email anda. Mulai dari notifikasi tentang Photos, Groups, Pages, Video sampai kepada notifikasi yang berkaitan dengan Help Centre. Dan dalam keadaan default Facebook meng-ON-kan semuanya!

Sekarang waktunya anda untuk memilah dan memilih poin-poin mana saja yang penting, yang memang layak untuk dikirimkan notifikasinya ke email anda bila terjadi update pada poin tersebut. Misal, bila anda menginginkan Facebook memberikan notifikasi bila ada pesan dari Friends anda di Facebook, maka berilah tanda ON pada “Send me a message”. Kemudian bila anda mengganggap bahwa semua hal yang berkaitan dengan Help Centre itu ngga penting, maka berilah tanda OFF pada “Replies to my Help Center questions”.

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Bahaya Laten Internet Bagi Otak

Bahaya Laten Internet Bagi Otak



Pada 1970, Pemerintah Amerika Serikat mencanangkan tahun tersebut sebagai tahun dimulainya Dekade Membaca. Membuat Gedung Putih ikut sibuk mengalokasikan sejumlah Dana Federal untuk mendukung berbagai usaha yang dapat mengenalkan warganya mengenal seni membaca sejak dini.

Berbagai klub membaca dan kursus membaca pun jadi marak. Sekolah-sekolah dan fakultas juga mulai mengadakan pelatihan membaca bagi anak didiknya. Bahwa yang tengah dilakukan Amerika saat itu adalah mengoptimalkan kemampuan membaca dengan baik, dan dengannya pengetahuan mereka bakal terbentuk dengan baik pula.

Tapi kini semuanya mulai berubah. Seiring meningkatnya konsumsi kaum muda Amerika akan internet, mereka mulai mengkhawatirkan tumbuh-suburnya benih-benih anti-intelektualisme sebagai akibat dari perkembangan teknologi internet yang pesat belakangan ini.

Apa pasal? Rupa-rupanya, mereka menyadari bahwa ada yang tengah berubah dari cara mereka membaca secara tradisional dalam bentuk cetakan, dengan membaca ketika sedang online di internet.

Adalah Nicholas Carr dalam sebuah artikelnya yang mengaku mulai kehilangan kemampuannya membaca dengan fokus. Carr yang menengarai hal tersebut akibat kebiasaannya berseluncur ke berbagai laman, loncat dari satu halaman ke halaman lainnya, berpindah dari satu tautan ke tautan berikutnya. Dan setiap Carr mulai membaca sebuah artikel secara online ia mengaku demikian, "Now my concentration often starts to drift after two or three pages. I get fidgety, lose the thread, begin looking for something else to do."

Dan Carr tidak sendiri. Simak juga pengakuan Bruce Friedman, seorang patologis dari University of Michigan Medical School yang juga pengelola blog tentang penggunaan komputer di bidang kesehatan; "I now have almost totally lost the ability to read and absorb a longish article on the web or in print… I can't read War and Peace anymore. I've lost the ability to do that. Even a blog post of more than three or four paragraphs is too much to absorb. I skim it," terang Friedman yang dikutip juga oleh Carr.

Tak sampai di situ, simak juga penelitian tentang online habits yang digelar University College London waktu lalu. Mereka meneliti tentang kebiasaan pengunjung dua laman populer yang menyediakan akses infomasi tentang artikel, e-books, dan sumber informasi tertulis lainnya. Dan hasilnya bisa ditebak, kebanyakan pengunjung laman tersebut hanya melihat-lihat, membaca tak lebih dari dua halaman artikel atau buku, untuk selanjutnya pindah lagi ke sumber lain. Mereka mungkin bakal menyimpan file artikel tersebut, tapi itu bukan jaminan juga mereka benar-benar membacanya.

Carr kemudian juga mengutip keresahan Maryanne Wolf, seorang psikolog dari Tufts University. Gaya membaca online yang mengedepankan etos kesegeraan dan keefisiensian, menurut Wolf, dikhawatirkan dapat melemahkan kemampuan seseorang untuk membaca dengan seksama. Sebab menurutnya, membaca bukanlah kemampuan alamiah manusia. Kita mesti melatih otak kita untuk menerjemahkan simbol karakter dan huruf yang kita lihat ke dalam bahasa yang kita pahami. Untuk itu, media dan teknologi yang kita gunakan ketika membaca, memainkan peran penting dalam membentuk pola sirkuit syaraf dalam otak kita.

Dari sini ingatan saya pun beralih pada teori komunikasi yang saya pelajari dalam kelas matakuliah “Filsafat Komunikasi” semasa kuliah dulu. Bahwa media komunikasi tak sekedar alat untuk menyampaikan pesan komunikasi, tapi juga secara kreatif akan membentuk konstruksi realitas tertentu dalam benak manusia yang menerima dan memaknai pesan tersebut. Tak heran bila karakter media juga dipandang mampu membentuk proses berpikir seseorang.

Asumsi inilah yang kemudian bisa kita lekatkan pada internet sebagai media komunikasi massa online yang punya karakter khas dan berbeda dengan media komunikasi lainnya. Bahwa jelas sekarang, ditengah-tengah pujian, pemujaan, dan ketergantungan banyak orang akan internet, ternyata ia menyimpan bahaya latennya sendiri. Internet –dengan segala kecepatan dan obesitas informasinya– lambat laun niscaya melemahkan konsentrasi otak kita.

Dari sini baru muncul pertanyaan, adakah kita menyadari hal tersebut? Perlukah saya ulangi lagi pernyataan Pascal 30 tahun silam di sini yang berkata, "Saat kita membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, kita tidak akan mengerti apa-apa."

* Artikel di atas ringkasan dari "Berenang Kita di Google yang Dangkal"

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Agama Ramah Perbedaan

Agama Ramah Perbedaan



oleh: Andy Hadiyanto
( staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial UNJ )

Bangsa Indonesia yang tengah berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya akibat krisis multidimensi sangat memerlukan kerja kolaboratif dan koordinatif dari berbagai komponen untuk menggalang semua potensi bangsa, agar terjadi sebuah kerjasama yang efektif dan produktif. Namun, upaya-upaya seperti itu seringkaliterhambat oleh adanya potensi-potensi konflik yang demikian banyak di negeri ini (agama, etnis, strata sosial, dsb).

Salah satu potensi konflik yang mungkin dapat menghalangi proses pembangunan dan modernisasi di Indonesia adalah pemahaman agama. Apalgi akhir-akhir ini nampaknya penafsiran agama telah diwarnai oleh berbagai bias kepentingan dan ideologi politik tertentu, yang mengakibatkan beberapa kelompok tertentu berani menghakimi kelompok-kelompok lain yang tidak sepaham sebagai kelompok sesat, murtad, kafir, bid’ah, dan berbagai sebutan lain yang mengkonotasikan ketidakpantasan kelompok lain untuk eksis dan hidup berdampingan secara damai dengan mereka.

Seringkali ajaran agama yang bernilai universal dan tidak memihak berubah menjadi sebuah pemahaman agama yang bersifat sektarian dan lokal. Seringkali pula Tuhan yang Maha Luhur dan Maha Mulia diseret oleh subyektifitas manusia untuk membenarkan sikap sekterian tersebut. Teks suci agama pun tidak luput dari tangan-tangan nakal manusia. Ia sengaja dipahami lepas dari konteks kebahasaan dan sosio-psiko historisnya agar dapat dijadikan alat untuk mengkafirkan orang lain yang berbeda pemahamannya.

Pemahaman agama yang demikian itu pada akhirnya semakin mengentalkan sikap fanatik dan intoleran terhadap perbedaan pemahaman agama, tidak saja anatar umat beragama tetapi juga antar umat seagama. Celakanya pemahaman tersebut seringkali juga dijadikan pembenaran untuk menyapu dan menghabiskan orang atau kelompok lain yang berbeda pemahaman dengan mereka.

Pada kondisi di mana dunia mulai mengarah kepada peradaban global dan keterbukaan, maka ajaran agama perlu kembali dirujuk untuk kemudian ditransformasikan nilai-nilai luhurnya sehingga dapat memunculkan sebuah pemahaman agama dan sikap keberagamaan yang bebas dari fanatisme sekterian, stereotype, dan spirit saling mengkafirkan antar sesama umat seagama atau antar umat yang berbeda agama.

Apanila kita kembali melihat contoh Rasul dengan masyarakat madaninya, maka kita dapati bahwa potensi-potensi konflik akan dapat dieliminir dengan mengedepankan persamaan dala keragaman. Artinya, Islam mengajarkan bahwa perbedaan itu adalah fitrah (given) dari Tuhan, tetapi dalam menjalani hidup ini hendaknya kita tidak mempertajam keberbedaan tersebut tetapi sebaliknya, justru harus mencari unsur-unsur persamaan di antara kita. Sebagai ilustrasi, bisa saja kita berbeda suku bangsa, adat, dan bahasa, tetapi kita harus mengedepankan kesadaran bahawa ada satu persamaan yang mengikat kita semua, yaitu kesadaran bahwa kita adalah sama-sama bangsa Indonesia.

Dalam konteks teologis, pencarian nilai kebenaran kemanusiaan bersama perlu dilakukan oleh setiap umat beragama dalam upaya mempersempit “jurang pemisah” antar pemahaman dan keyakinan agama. Kebenaran universal inilah yang harus dipegangi bersama oleh seluruh umat manusia, apabila konflik kemanusiaan yang terjadi akibat hegemoni peradaban yang satu atas peradaban yang lainnya sepanjang sejarah keberadaan manusia ingin diakhiri.

Ajaran-ajaran agama harus ditransedensikan sedemikian rupa sehingga melahirkan sebuah pemahaman agama yang sejalan dengan fitrah manusia yang cenderung akan nilai-nilai luhur dan kebenaran (hanif).

Dikaitkan dengan ajaran Islam dan keberadaan umat Islam dewasa ini, upaya pencarian kebenaran universal dapat dilakukan –mengutip pendapat Jalaludin Rahmat melalui “revolusi konseptual”, yaitu sebuah usaha secara sistematis untuk melakukan perombakan secara radikal struktur kognitif, sikap pendekatan, dan muatan berpikir umat Islam dengan meniupkan kembali ruh tradisi keilmuan ke dalam Islam, sebagai upaya untuk mengatasi kelesuan intelektual, kelembaman mental, konservatisme yang kaku, serta fanatisme sekterian yang membabi buta dalam struktur kesadaran umat Islam masa kini. Karena hanya dengan membangkitkan kembali tradisi berpikir ilmiah umat Islam akan dapat menyelami kembali ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin.

Islam sebagai irahmatan lil ‘alamin tidak didapati pada norma-norma hukum (syari’ah) yang cenderung formalistik. Namun ke-rahmatan lil ‘alamin-annya Islam justru terletak pada visi tauhidnya, suatu visi yang mengahncurkan budaya konflik yang diakibatkan adanya eksploitasi manusia (yang kuat) atas manusia lainnya (yang lemah), baik eksploitasi struktural ataupun budaya. Selanjutnya visi tauhid tersebut terejawantahkan dalam nilai-nilai luhur Islam yang menghendaki pemeliharaan atas jiwa, harta kepemilikan, garis keturunan, akal budi, dan agama.

Nilai-nilai luhur tersebut bersifat mengglobal dan menzaman, ia sejalan dengan akal budi manusia (sesuai ikatan primordial manusia ketika masih berada di dalam ruh) dan karenanya ia bukanlah monopli Islam saja, tetapi dapat dijumpai pada ajaran-ajaran agama lainnya yang kesemuannnya muncul sebagai ekspresi mendalam manusia atas nilai-nilai transedental yang ada dalam diri mereka.

Nampaknya kita perlu mengkaji ulang proses pembelajaran agama kita, baik di ranah formal atau informal, agar lebih mengacu pada pengembangan visi tauhid tersebut dalam upaya menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih damai dan humanis.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Frustasi

Frustasi



Oleh rvxen

Frustasi sangat erat dengan kekecewaan. Sebuah gejala terhentinya keinginan atau cita-cita. Tak kenal umur, kelamin ataupun suku. Hamper semua tempat dimana ada manusia rasa frustasi menjadi bagian terelakkan. Keniscayaan sebuah masa dalam ranah psikologi manusia. Perasaan kecewa, semisal kita mencintai seseorang yang tiba-tiba terhadang persetujuan orangtua. Atau persoalan keseharian, seperti seorang pria yang merayu wanita, tapi si wanita menolak. Begitupun sebalknya. Pasti patah hati. Putus asa. Tak ada lagi hasrat untuk mencinta.

Dalam keadaan frustasi akut, manusia bisa menjadi agresif. Frustasi jika tidak dibendung rasa sabar, maka akan disalurkan lewat kekerasan. Seorang bayi mungkin akan berteriak hingga memekakkan telinga ketika botol susunya diambil; orang tua jompo tak segan membunuh anaknya yang menjadi penjahat; tak sedikit anak muda yang membentak bahkan memukul orang tuanya karena tak diijinkan menikah dengan kekasihnya. Hingga tak jarang pula seorang pria memperkosa gadis yang menolak cintanya. Tindak tanduk ini memicu animal instinct manusia kepada sesuatu yang dipandang mengecewakan, menghambat, atau menghalangi.

Seorang psikoanalisis, Erich Fromm, menyatakan manusia perlu mengalami frustasi. Karena tanpa kemampuan menerima dan mengalami frustasi, manusia nyaris tak dapat berkembang samas sekali. Pemicu hadirnya agresi bukan hanya situasi pelarangan semata, melainkan juga ketidakadilan. Frustasi juga bisa melanda secara kolektif, dalam hal ini sebuah bangsa. Suatu bangsa bisa frustasi karena cita-citanya menjadi sejahtera dan berkeadilan tak kunjung terwujud. Persis seperti kejadian Revolusi Prancis. Masyarakat bangsanya kecewa dan frustasi terhadap satu tatanan pemerintahan yang otoriter Raja Louis XIV. Di Indonesia, aksi besar-besaran [agresi] dipicu mahasiswa pada Mei 1998, bertujuan menggulingkan rezim otoriter orde baru.

Menengok kembali ke pasca 1998, di sana-sini rakyat menopang kehidupannya sendiri dengan usaha di sektor informal. Menghidupi diri sendiri tanpa ketergantungan pada pemerintah. Rakyat banting tulang sambil bersabar di tengah ketrpurukan ekonomi bangsa. Sayangnya, berbagai upaya rakyat dalam bertahan hidup dan mandiri tak disokong oleh kondisi politik yang baik. Politik pemerintahan sebagai kendaraan bangsa mewujudkan kemakmuran bersama malah menjadi ajang rebut kekuasaan. Buntutnya rasa kecewa [frustasi] rakyat terhadap politik pemerintahan terbentuk. Parahnya, rakyat tak hanya dilanda frustasi, tapi juga apatisme akut.

Persoalan utama sebenarnya adalah produk hukum yang tak berpihak kepada rakyat kecil. Misalnya, kebijakan privatisasi dan komerisalisasi BUMN. Dengan begitu pihak asing atau swasta bisa menentukan harga. Akibatnya, kebijakan kenaikan BBM terjadi disebabkan faktor ketidakberdayaan mengelola sumber daya alam. Privatisasi rumah sakit Negara juga menyebabkan masyarakat miskin tak mampu beli obat bahkan mati karena sakit.

Kondisi inilah yang disebut sebagai proses behavioristik. Masyarakat tak lagi bisa memilih menjadi pintar dan hidup layak. Rakyat dikondisikan untuk terus miskin, terus melarat. Biaya bahan pokok, kesehatan dan pendidikan semakin tinggi. Situasi seperti ini kadang luput dari perhatian rakyat, karena didesak kebutuhan paling urgen, mempertahankan hidup. Sayangnya, rasa frustasi ini justru disalurkan pada hal-hal yang bersifat hedonis. Banyak dari rakyat malah lari dari kenyataan [escape from reality] yang memang pahit untuk dibahas. Menuju berbagai kesenangan temporal; narkoba dan seks. Tak sedikit juga yang berpikir fatalistic; menumpukkan semua harapan pada keyakinan transenden agar semua kondisi bangsa ini menjadi lebih baik.

Lebih ari itu, rasa frustasi bangsa akan keadaan ekonomi, sosial dan budaya yang menyedihkan lebih dimaknai sebagai akibat dari kesalahan diri sendiri ataupun takdir. Apa yang dirasakan, kini, Cuma menyalahkan diri sebagai bangsa inferior, hina dan rendah. Padahal, yang perlu dilakukan adalah pembenahan sistem pemerintahan. Apakah perubahan hanya hadir dari langit? Apa yang menjadi hak rakyat adalah kewajiban pemerintah. Setelah terpuruk oleh krisis ekonomi, rakyat masih bisa bertahan hidup dan berusaha bersabar. Suatu bangsa yang luar biasa sabar.

Menilik kembali kemunculan sikap agresi manusia secara kolektif paa satu kekecewaan, sepertinya kita akan masih membicarakan satu perubahan yang lamban. Sampai mana batas akhir kesabaran rakyat? Ini merupakan pertanyaan kita semua. Bentuk pelarian pada kesenangan dari frustasi pun hanya bersifat sementara. Tidak menutup kemungkinan perilaku agresif-kolektif kembali terjadi. Seperti saat reformasi 1998 atau Revolusi Prancis.

Melihat kondisi ini maka kita akan berharap banyak pada kalangan intelektual untuk melakukan tindakan yang semestinya dilakukan, pencerdasa dan kemauan bersama untuk mengembalikan cita-cita menuju bangsa yang adil dan sejahtera. Tapi kalau kalangan intelektual dilanda frustasi juga, mari berbagi frustasi! Seraya menunggu ledakan agresif lagi.

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Saya Seorang Penggemar, Bukan Seorang Fanatik!

Saya Seorang Penggemar, Bukan Seorang Fanatik!



Oleh fajri siregar

MARI bayangkan dahulu gambaran di bawah ini:

Muda-mudi dressed up alias berpakaian dengan maksimal untuk mengekspresikan diri. Mulai dari sepatu kets buluk, boots yang kalau bisa DocMart, celana mincut (atau pensil, terserah apalah namanya) atau bermotif kotak-kotak ala Jimmy Danger, kaos band, kemeja flanel, dan tidak lupa kacamata nerd. Biasa? Memang. Yang namanya penggemar pasti ingin menyerupai idolanya.

Bayangkan pula ini; sebuah pertandingan sepak bola yang diwarnai dengan lautan suporter dari masing-masing klub. Tiap pendukung membawa segala macam atribut mulai dari kaos, syal, bendera sampai drum. Tapi tiba-tiba muncul suporter dari kubu lain. Dan keriuhan pun dalam sekejap bisa menjadi kericuhan. Perkelahian antar fans pun tak terhindari. Padahal siapa yang menjadi provokator pun tak jelas. Ajang sportifitas justru menjadi ajang perkelahian.

Atau pernah mendengar istilah die hard fans. Istilah bagi penggemar yang melihat sang idola bagaikan malaikat yang tak pernah berbuat salah dan seperti satu-satunya harapan yang dia miliki dalam hidup? Ibarat kata, kemanapun engkau pergi daku akan mengikuti. Ya, orang-orang seperti ini memang ada dan kita pun ikut heran mengapa mereka bisa menunjukkan sikap yang berlebihan terhadap idolanya.

Semua gambaran di atas menunjukkan sebuah contoh dari sesuatu yang bisa kita istilahkan dengan fanatisme. Fanatisme sendiri bisa kita artikan sebagai bentuk perasaan atau emosi yang sifatnya menunjukkan rasa antusiasme terhadap kegiatan atau karya. Seperti halnya terhadap olahraga, musik, karya seni, dan lain sebagainya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan menjadi seorang penggemar. Karena dengan menjadi penggemar, seseorang pada dasarnya memberikan apresiasi atau penghargaan kepada sesuatu atau seseorang. Sebaliknya, penghargaan kita terhadap si idola juga merupakan motivasi yang mendorongnya untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik untuk penggemarnya. Jadi, bentuk hubungan antara penggemar dan idola itu sebenarnya sah dan sehat-sehat saja. Secara sosiologis hal ini dinamakan pertukaran berupa pemberian penghargaan (reward).

Namun, hal yang berbahaya adalah ketika seorang penggemar menjadi seorang penggemar fanatik. Fanatisme yang telah dicontohkan diatas menunjukkan sifat-sifat dari seorang fanatik. Apa yang membedakannya?

Perbedaan itu terletak pada perilakunya. Seorang fanatik menunjukkan perilaku yang cenderung sudah meresahkan dan melanggar aturan atau norma yang ada di masyarakat. Dengan kata lain, seorang fanatik kelakuannya sudah di luar batas toleransi dari orang sekelilingnya dan sudah tidak wajar dalam tindak-tanduknya.

Selain itu, yang membedakan seorang fanatik dengan penggemar biasa adalah masalah identifikasi. Jika seorang penggemar biasa hanya menyukai karya atau hasil yang ditorehkan dari si tokoh, maka seorang fanatik sudah lebih dari itu. Ia akan mengidentifikasi dirinya dengan sang idola, atau sederhananya, ia merasa menemukan persamaan dalam diri si idola atau merasa si idola dalam hal tertentu mewakili dirinya. Atau bisa juga, karena masalah identifikasi tersebut, si penggemar ingin bisa menyerupai sang idola dengan cara apapun, maka dipilihlah cara termudah, berdandan ala sang idola.

Jika identifikasi tersebut hanya diwujudkan dalam bentuk dandanan tentu tidak menjadi masalah. Tetapi masalah identifikasi itu bisa bertambah parah jika si penggemar sudah merasa menjadi bagian dari sang idola. Jadi, apapun yang terkait dengan sang idola akan ia rasakan terhadap dirinya pula. Contohnya jika si idola diberitakan secara negatif di infotainment, maka itu akan ia rasakan secara pribadi, dan membuatnya tersinggung.

Di sinilah sebuah ‘pengkultusan’ idola terjadi, di mana seorang fanatik memberi pemujaan berlebih. Dan seperti yang dijelaskan sosiolog Jerman, Max Weber, pemujaan yang dimaksud adalah melakukan tindakan-tindakan yang didorong oleh afeksi semata dan tidak didasari pertimbangan rasional alias berpikir masak-masak mengenai akibat yang mungkin terjadi. Hal ini bisa menjelaskan kenapa seorang penggemar sepak bola bisa khilaf atau lupa diri pada saat membela tim kesayangannya.

Disinilah letak permasalahannya. Jika perasaan ‘ngefans’ itu sudah berlebihan, maka contoh-contoh yang sudah dibahas di awal sangat mungkin terjadi. Dan tentu hal tersebut tidak kita harapkan. Di sini pula letak perbedaan seorang penggemar dan seorang fanatik.

Hubungan penggemar dan idola yang paling bagus tentunya adalah yang bersifat menginspirasi dan mendorong kita untuk bisa melakukan hal yang sama positifnya, tanpa meniru. Idola dalam hal ini sifatnya mempengaruhi atau memberi pengaruh. Misalnya seseorang ingin menjadi pesepakbola karena terpikat permainan Maradona, atau ketika seorang bocah bermain band karena menyukai Muse, Seringai, Metallica dan yang lainnya.

Tetapi mengidolakan bukan berarti menjadi buta dan hanya menaruh segala harapan pada sang idola. Justru sang idola harusnya menimbulkan harapan bahwa si penggemar bisa melakukan hal yang sama seperti dia. Belajarlah dari sang idola, tanpa harus digurui olehnya. Lagipula, seperti kata Candil dkk, rocker juga manusia. Jadi, untuk apa kita harus mendewakan mereka?

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Bahasa Indonesia Terancam!

Bahasa Indonesia Terancam!



Oleh *Pry S.

Saya ingat suatu peristiwa saat upacara bendera setiap Senin selama 12 tahun saya menempuh pendidikan formal. Entah mengapa kata “Indonesia” dalam lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ramai-ramai dinyanyikan dengan lafal 'e', yaitu “Endonesia… tanah airku… (dan seterusnya)”. Padahal jelas-jelas huruf 'i' dalam kosakata bahasa Indonesia dibaca 'i', bukan 'ai' atau 'e'. Sampai sekarang saya bahkan masih menemukan orang yang melafalkan 'Indonesia' dengan bunyi 'Endonesia'.

Penemuan saya akan ketidakteraturan berbahasa ini berlanjut demikian. Suatu hari saya ditertawakan beberapa rekan saat mengeja TV, VCD, dan DVD menjadi te-ve, ve-ce-de, dan de-ve-de. Alih-alih tersinggung, saya harus menerima itu sebagai sesuatu yang wajar jika saya ditertawakan, sebab memang ketiga kata tersebut bukan termasuk dalam kosakata bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut memang berasal dari kata bahasa asing yaitu Television (TV), Video Compact Disk (VCD), dan Digital Video Disk (DVD).

Namun di lain hal, saya mempertanyakan pelafalan kata yang sudah dianggap lazim seperti kata HP untuk Handset Telephone, dan WWF untuk World Wildlife Fund. Kedua kata tersebut tampaknya sah-sah saja saat dilafalkan ha-pe, dan we-we-ef. Bukannya saya lantas merasa tidak adil, tetapi rumusan mana yang sebaiknya kita taati bersama? Adakah peraturan dalam berbahasa Indonesia yang mampu menertibkan kedua contoh kasus di atas?

Masuknya budaya asing termasuk bahasa ke Indonesia bisa berarti ikut memperluas wawasan kita akan dunia yang sedang bergerak maju di luar sana. Istilah-istilah asing yang tidak dapat kita temui dalam kosakata bahasa Indonesia, tentu akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia dalam mendefinisikan sesuatu hal. Tetapi ada baiknya juga kita mempertimbangkan dampak kurang baik yang muncul belakangan. Misal saja, kata 'arogan' lambat laun menggusur penggunaan kata 'sombong', kini 'anugerah' lebih umum disebut 'award', kata 'mandeg' sudah jarang digunakan karena digusur kata 'stagnan'.

Situasi ini justru berkebalikan dengan situasi berbahasa di Indonesia saat awal Sumpah Pemuda diikrarkan dan pemerintahan RI pertama dibentuk. Para pakar, kaum intelektual, ahli bahasa, munsyi, dan sastrawan saat itu giat menciptakan bentukan kata baru dan bentukan kata serapan atas suatu istilah dari kata-kata asing. Sebut saja 'hore' (hurray), 'peluit' (flute), 'mesti' (must), 'peri' (fairy), 'dokar' (dog car), 'sama' (same), 'justru' (just true), dan lain sebagainya.

Saya rasa Indonesia saat ini butuh orang-orang kreatif menciptakan bentukan kosakata baru dan punya niat melestarikan bahasa Indonesia seperti orang-orang yang saya sebutkan tadi. Bukannya apa-apa, tetapi nasib bahasa Indonesia akan lebih menyedihkan bila suatu hari bakal terpinggirkan di negerinya sendiri. Perhatikan saja dunia politik dan pers kita belakangan ini, istilah-istilah asing seperti money politics, buloggate, walk out, dan mark up yang diungkapkan para politikus kita tercinta mentah-mentah saja dimuat di halaman suratkabar tanpa diserap atau disertakan padanan katanya. Lebih lucunya lagi silahkan simak kata kursif (huruf miring) dalam ucapan Amien Rais yang saya kutip dari Koran Tempo 16 September 2000: “Kalau pengumpulan tanda tangan mencapai lebih dari separuh anggota DPR, itu indikasi yang no good buat Akbar.”

Seberapa parahkah nasib bahasa Indonesia di awal awal abad 21 ini, hingga kecenderungan pemakaian bahasa asing (khususnya Inggris) meningkat? Atau ini memang sudah menjadi pemandangan biasa dimana terjadi percampuran antara bahasa asli dengan bahasa asing, seperti halnya yang terjadi di Singapura dengan bahasa Singlish-nya?

Pernyataan berikut ini adalah kutipan pendapat (alm) Dr. Soedjatmoko dalam Kongres Bahasa Indonesia III yang digelar di Jakarta pada November 27 tahun silam: “Ada kecenderungan yang makin meningkat antara sarjana-sarjana Indonesia untuk 'meloncat' ke bahasa Inggris dalam pembicaraan-pembicaraan diantara mereka sendiri saat mendiskusikan masalah-masalah ilmiah yang sulit.”

Ia lalu berkata demikian, “Kita harus menjaga supaya kita tidak kembali kepada hierarki bahasa di zaman kolonial; dimana bahasa daerah menjadi bahasa paling rendah, yaitu sebagai bahasa pergaulan antar keluarga dan antar sahabat; bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi yang lebih luas pada tingkat kedua; dan bahasa Belanda untuk maju, untuk menguasai ilmu pengetahuan modern, dan untuk masuk ke dalam golongan elite bumiputera.”

Dari suara Soedjatmoko tersebut bisa kita lihat bahwa kebiasaan 'menginggris' (meloncat ke bahasa Inggris dalam percakapan) diantara masyarakat Indonesia sudah berlangsung sekian lama. Berbagai upaya penyembuhan telah banyak dilakukan. Diskusi bahasa dan permasalahannya pun tak pernah absen digelar setiap bulan Oktober, bulan bahasa dan sastra. Di pertengahan tahun ini juga, budayawan Remy Sylado merasa perlu menerbitkan satu lagi buku kumpulan essai bahasa berjudul 'Bahasa Menunjukkan Bangsa' yang seringkali ditulisnya dengan nada sinis, untuk kembali mengingatkan masyarakat akan penyakit bahasa tersebut.

Saya pribadi menyadari ini saat sedang asyik di rumah, menyaksikan sajian Headline News dan Metro Showbiz News yang kebanyakan justru berisikan materi berita-berita dalam negeri, sambil mendengarkan album kompilasi JKT:SKRG (Jakarta Sekarang) dari Aksara Record yang hanya punya 6 lagu berbahasa Indonesia dari 14 lagu di album tersebut. Penjajahan bahasakah yang sedang terjadi atau mereka melakukan ini sekedar gagah-gagahan biar kelihatan sedikit bergengsi, intelek, dan sebagainya?

Akhir kata, saya tegaskan bahwa tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan rasa nasionalisme atau rasa chauvinisme apapun. Saya hanya menggambarkan sebuah situasi dimana suatu bahasa sedang menuju kepunahan jika situasi tersebut dibiarkan begitu saja berlarut.

Saya pun mengakui manfaat bahasa Inggris demi kelancaran komunikasi global antar bangsa dan negara di dunia. Tapi alangkah membosankannya dunia bila semua bangsa dunia secara seragam menggunakan satu bahasa saja. Bukankah keberagaman merupakan sesuatu yang indah?!

Tentu untuk mengatasi persoalan ini tidak mudah. Dengan ditulisnya artikel ini tidak lantas saya mendesak nama media ini sebaiknya diterjemahkan saja. Kalaupun pihak redaksi berniat mengganti dengan nama terjemahan, entah apa jadinya saya tak bisa membayangkan. Seperti kata Dimas kepada Ruben dalam percakapan di salah satu bagian novel trilogi Supernova karangan Dee yang fenomenal itu: “AKU BENCI TERJEMAHAN!” Tapi ya sudahlah…

*Pry S., mahasiswa semester canggih Fakultas Komunikasi di salah satu Institusi Jakarta, pemerhati bahasa dan sastra.

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Seorang punk yang skeptis & teoritis…

Seorang punk yang skeptis & teoritis…



you didn't want this/ you don't think this way/ ideas became business/ you get it if you want/ merchandise from revolt anarchy for sale/ never mind, it's just a trend/ this is what anarchy has become/ it's meaning twisted/ the freedom of false hopes”…

Anarchy for Sale - JACK

Lirik lagu JACK di atas mungkin ngga ada hubungannya sama sekali dengan isi materi tulisan. Tapi entah kenapa harus aku ikut sertakan di artikel ini. Sebenarnya sih pengennya aku cantumkan lirik “Punk Hari Ini”-nya S.I.D yang aku rasa lebih ringan di kuping untuk artikel yang akan membahas 'ngalor-ngidul' tulisanku tentang punk di scene 'kita'. (Kiiita??? Lo aja kali, gw engga! Hahaha… Korban Mamamia nih! -red)

Tulisan ini pendapat subjektifku secara pribadi seputar apa yang terjadi di scene punk kita (walaupun ada beberapa hal yang menurut aku udah “basi” untuk dibahas, tapi ngga disangka-sangka ternyata masih menjadi bahan pembicaraan sampai saat ini). Yang sebenarnya agak malas untuk diungkit, adanya sikap/tindakan beberapa kawan yang mulai saling memojokkan pihak-pihak lain yang akhirnya cuma membuat ruang gerak kita menjadi kaku, dan lebih parah lagi, kita terlalu cepat memvonis! Tulisan ini secara khusus aku tulis untuk kamerad-kamerad Hustler dan juga untuk kawan-kawan punk pada umumnya. Aku juga berharap dengan adanya tulisan ini terjadi ruang komunikasi antara aku dengan kalian semua.

Okelah kita mulai saja… Seperti yang udah aku tulis di atas kalau aku akan ngebahas beberapa permasalahan tentang apa yang terjadi di scene punk kita ini, dari mulai tentang “way of life” punk di televisi-televisi swasta lokal, juga cara berpikir dan sikap-tindak beberapa kawan punk yang dari sisi tertentu terlalu reaksioner, fundamental, kaku tetapi butuh 'liberalisasi jiwa' untuk dapat hidup dan hal-hal lainnya yang mungkin saling berhubungan.

Program tayangan tentang punk seperti yang pernah diulas di beberapa stasiun televisi memang tidak terlalu aku pikirkan, paling cuma jadi obrolan ringan yang buat aku ngga terlalu penting. Buat aku sih sah-sah aja kok kalau ada tayangan-tayangan tentang punk yang diulas oleh stasiun-stasiun televisi lokal. Aku jadi ingat dan 'sepakat' dengan apa yang dikatakan kamerad Bobby (Marjinal) waktu aku maen ke 'rumah produksi'-nya, bahwa kita harus dapat merebut media- dalam hal ini media industri kapitalis agar segala macam propaganda tentang punk itu sendiri dapat diterima (setidaknya diketahui) oleh publik/masyarakat pada umumnya. Yach. Tapi yang menjadi pertanyaan mendasar buat aku, apakah tayangan-tayangan tersebut dapat menjadi sebuah 'propaganda' yang efektif untuk menjadi bahan ulasan/diskusi/pembelajaran? Yang akhirnya dapat mengena/diterima baik untuk punk itu sendiri atau khususnya masyarakat umum di sekitar kita yang tentunya menjadi target utama sasaran. Adalah hal yang baik untuk kemajuan scene punk di tanah air kalau ada pihak televisi yang mau membuka ruang tentang punk itu sendiri dan itu berarti telah terbuka satu ruang walaupun pada dasarnya terjadi sistem seperti “jual-beli”, yang ujung-ujungnya hanya untuk menaikkan rating acara. Dan ini berarti pemasukan keuntungan untuk stasiun televisi yang menayangkan tentang punk itu sendiri dan kita (punk) dapat apa? Terlalu naïf bila kita hanya ingin mendapatkan 'kepuasan batin' kalau hanya karena adanya tayangan tentang punk.

Menjawab apakah efektif tayangan-tayangan tentang kultur punk dengan berbagai macam retorika filosofis dan penjelasan-penjelasannya…

Dari awal aku menyimak tentang hal ini secara garis besar jawabannnya adalah nol besar! Ngga ada tuh manfaatnya! Sekritis apapun penjelasannya, se-politis/se-filosofis apapun jawabannya buat para pemirsa yang menonton cuma masuk kuping kanan-keluar kuping kiri. Satu jam ditonton, satu jam kemudian dilupakan. Mereka (para pemirsa) ngga ada waktu untuk mengomentari tentang apa itu punk. Jangankan memikirkan punk, untuk urusan sembilan bahan pokok aja mereka udah pusing tujuh keliling. Masalah perut lebih penting daripada punk! Membicarakan tentang punk?... Ahh, lebih asyik dan seru menganalisa sepak bola, hehehe. Seperti apa yang aku tulis di atas, bahwa keuntungan itu pada garis besarnya cuma milik stasiun televisi sebagai alat propaganda kita, tetapi untuk kita sendiri, apa yang kita dapat? Stasiun televisi itu jelas melihat ada sisi komersil yang dapat dijual tentang punk sebagai kultur yang sangat digemari kaum remaja yang sedang mencari jati diri, termasuk remaja-remaja “broken home” yang menjadikan punk sebagai pelarian atau untuk remaja-remaja yang sedang beranjak dewasa/menuju masa transisi pubertas. Jadi teringat lagu “Eks-Punk”-nya MRxGRIND; “hidup anak muda hiperbola/ jiwa menggebu semangat membara/ ingat! influencemu bukan influenza/ jangan jadikan neo agama/ budaya tandingan anak ingusan!/ punk hari ini untuk estetika atau transisi masa muda/ dewasa…aku tak akan berubah/ ini aku, kuatur jalan hidupku”…

Buat aku pribadi, kita ngga perlu pengakuan dari masyarakat secara umum. Jalankan aja apa yang kita inginkan dalam scene punk ini. Toh, mereka ngga perduli kok sama apa yang kita lakukan. Masih beruntung scene kita ngga “dilenyapkan” di negara ini oleh penguasa. Saat ini kita udah sangat menikmati kebebasan kita kok. Bisa bikin gigs, tempel poster di tembok-tembok, ngeluarin album se-ekstrim/se-fasis apapun ngga ada yang larang, ikut aksi yang mengangkat tema-tema internasional, dll. Biarkan aja “varian-varian” punk berkembang sesuai jalurnya tanpa publikasi oleh media-media industri hiburan (kapitalis). Kita ngga butuh mereka! Kita ngga perlu membeda-bedakan antara punk “idealis” dengan yang punk “bukan idealis” seperti tayangan URBAN bersama MARJINAL cs. Pelabelan idealisme yang membabi buta cuma membuat ruang gerak kita menjadi kaku, yang ujung-ujungnya cuma memperlebar jarak antara punk A dan punk B. Dan itu terbukti sekarang, punk seperti menjadi dua kubu yang saling mengklaim; “kitalah yang benar!” (entah secara langsung/tidak langsung). Buat aku, seorang anarko-punk udah beridealis kok dengan tindakan, ucapan, dan pola pikir mereka masing-masing. Begitu juga street-punk yang saban hari nongkrong di pinggir jalan juga cukup beridealis dengan berbotol-botol alkohol di tangan mereka, mereka punya idealisme mereka sendiri. Apapun yang mereka ucapkan, lakukan, pikirkan adalah idealisme untuk diri mereka sendiri dan kelompok mereka. Ngga usah dibeda-bedakan. Biarkan kita berjalan apa adanya. Biarkan kita berbeda, ga perlu sama! Toh, politik kita cuma politik yang hanya bermain dalam lingkup teoritis dan stagnan, politik yang “mengekor” apa yang telah ada. Yang membuat kita satu, cuma satu kata-empat huruf yaitu, P-U-N-K. Punk yang lahir dan terus berevolusi dengan varian-variannya yang ngga perlu kita ributkan. Mengutip lagu dari Bunga Hitam (Jalan Baru); “tak bisakah kita duduk sejajar bersama/ sekedar berbicara tentang nasib bangsa/ tak bisakah sejenak kita tanggalkan/ seragam yang selama ini kita banggakan”…

Propaganda di luar media industri hiburan (kapitalis) yang menurut aku (setidak-tidaknya) sangat ampuh untuk diterapkan dan dijalankan adalah, apa yang dilakukan oleh kamerad-kamerad Marjinal cs, walaupun biasa-biasa aja. Sistem propaganda dimana dilakukan “pengenalan” tentang kultur punk dari lingkungan terdekat dimana kita tinggal, yach walaupun intinya “berkenalan sama tetangga dan ngga saling mengganggu”, dan seharusnya metode ini juga diikuti oleh komunitas/scene punk yang lain. Jangan cuma nongkrong, bikin distro, dll aja yang bisa dilakuin. Kalaupun akhirnya kamerad-kamerad Marjinal cs mencoba “merebut” dan akhirnya ada yang berkenan, entah itu media cetak/elektronik buat aku ngga ada artinya sama sekali. Waktu itu aku juga pernah baca tentang kultur punk/kehidupan kawan-kawan (Marjinal) di salah satu suratkabar. Tapi sangat disayangkan, materinya standar abis! Sama sekali jauh dari kesan materi yang berbobot, terlalu ringan, dan ngga beda jauh sama materi-materi tulisan tentang kultur budaya remaja yang sedang “in”. Paling juga suratkabarnya jadi buat bungkus cabe, hehehe... Seidealis apapun kamu di komunitas (punk), apapun yang kamu lakukan untuk punk itu hanya untuk “kesenangan” sesaat. Toh, cepat atau lambat kamu akan terbentur dengan kehidupan sebenarnya. Buat aku, punk bukan dari akhir tujuan hidup, punk ngga akan bisa kelak nanti menafkahi istri/anak-ku.

Ahh, cukup banyak media-media yang bisa kita lakukan sebagai senjata propaganda kita. Ngga penting ngajuin “proposal” atau berharap ada stasiun televisi untuk meliput tentang scene punk kita. Biar aja masyarakat yang mencari tau tentang kita, kalau ngga ada ya udah. Setelah beberapa stasiun televisi meliput tentang punk, toh ngga ada sesuatu yang berarti khan? Biasa-biasa aja. Kita ngga akan bisa merebut media (kapitalis) dan berharap simpati dari masyarakat tentang siapa kita (punk). Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita memperluas jaringan media yang sudah ada di tangan kita. TITIK!

(bersambung…)

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Copy and Paste ???

Copy and Paste ???



Seorang kurator memesan ayam goreng di gerai KFC. Pelayan bertanya, “Mau yang original atau crispy?” Kurator menjawab, “Jaman sekarang sudah nggak ada yang original.”

Bagi saya, anekdot itu terdengar crispy. Berbeda dengan KFC yang menamakan paha ayam gorengnya dengan sebutan “drum stick”, yang di-copy-paste dari istilah untuk tongkat pemukul drum, dan karena itu terdengar original? Sementara KFC semakin jitu ketika perbedaan original dan crispy terdapat hanya pada kulitnya.

Copy paste adalah keseharian, peradaban. Orisinilitas yang 100% pun dianggap tak pernah diciptakan manusia, konon sudah sejak lama. Kata “orisinil” jadi hanya bisa ada ketika yang dimaksud adalah penciptaan sesuatu yang baru berkat pemikiran modifikasi kombinasi “penggabungan-penggabungan” dan, atau, karena pengaruh lainnya – entah sadar atau bawah sadar. Bisa juga itu adalah revisi. Atau bagi yang “relijius”, teorinya dalah: Tuhan sudah menyediakan segala ide, manusia yang merangkainya. Mungkin cuma penjual HP dan onderdil mobil yang masih suka mengklaim dengan bangga akan orisinilitas sambil menawarkan pada konsumennya, “Mau yang ori?”

Bahkan tampaknya aktivitas salin-tempel sudah dilakukan sejak anak-anak pertama di dunia mulai membunuh sesama, mencari solusi dengan menerapkan hal yang sama pada apa yang dilakukan terlebih dahulu oleh burung terhadap bangkai musuhnya: membuka tanah dan menguburkannya di sana.

Cukup. Sebelum tulisan ini terkesan keji plus berdarah, lebih baik kita terbang lebih maju lagi. Melihat bagaimana sayap burung menginspirasi terciptanya pesawat. Melihat prinsip dagang paling mendasar: memindahkan barang dari suatu tempat untuk di jual di tempat lain. Melihat iklan-iklan cetak jaman dulu yang kini berfungsi menjadi dekorasi restoran. Melihat logo klasik The Ramones, Weezeer, atau sampul album London Calling yang berasal dari sejumlah “plesetan” hal-hal popular. Juga pada yang sangat keseharian: membaca palng-plang nama jalan yang di-“copy paste” dari nama-nama flora, fauna, hasil bumi, dan pahlawan.

Lalu bagaimana dengan Candi Borobudur yang “disalin”, “dikecilkan”, dan “ditempel” pada kaos-kaos dan gantungan kunci cinderamata? Tentang arsitektur rumah yang dilengkapi air tejun imitasi? Tentang tiupan terompet di dalam keyboard? Tentang sejumlah mata acara televise? Tentang rasa dan citra merk-merk minuman lunak? Tata letak supermarket? Kopi kemasan kaleng? Kurt Cobain? Kripik kentang? Ikon? Asal-usul nama-nama kelompok musik? Mencuri marka jalan untuk dipajang di kamar? Fashion? Pilihan? Gaya hidup? Ngopi-ngopi? Mesin cuci? Mesin pencari? Kreativitas? Rekaman? Data? Semuanya tersedia?

Seberapa sering Anda menjumpai kata-kata “meminjam istilah” pada sebuah naskah pidato, buku, dan majalah?

Pernah melihat tukang fotokopi sibuk bekerja? Seperti itukah kita?


* Tulisan di atas dikutip dari “Copy-paste extraordinaire”

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Koneksi Internet Pembajak Musik akan Diputus

Koneksi Internet Pembajak Musik akan Diputus



Pembajakan musik via internet kian merajalela. Gerah dengan hal ini, perusahaan rekaman besar siap membabat tindak ilegal tersebut dengan beragam cara.

Di Irlandia misalnya, 4 perusahaan rekaman besar setuju bekerjasama dengan provider internet setempat untuk memerangi pembajakan musik. Dengan sebuah software, setiap orang yang men-download musik secara ilegal akan bisa ditelusuri jejaknya.

Adalah EMI, Sony, Universal, dan Warner yang meminta Eircom, provider internet Irlandia melakukan langkah itu. Dengan software tersebut, jejak dari musik berhak cipta yang disebarkan pada jaringan dapat dideteksi.

Jika ada user yang meski diperingatkan terus nekat membajak, koneksi internetnya bisa diputus. Hal ini tentu saja bisa mengantisipasi peningkatan pembajakan yang sangat merugikan industri musik.

Langkah tersebut diklaim merupakan yang pertama kali di dunia. Dikutip detikINET dari YahooNews, Minggu (1/2/2009), kesepakatan ini membahagiakan bagi bisnis rekaman dalam upaya mencegah pembajakan dan menyiasati kelesuan penjualan CD.

Bila hal ini sudah benar terwujud, maka sepertinya warga Irlandia tidak bisa lagi seenaknya men-download atau berbagi lagu gratis.

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

SIKSAKUBUR Sedikit Lagi Rampungkan Proses Rekaman Album Kelima

SIKSAKUBUR Sedikit Lagi Rampungkan Proses Rekaman Album Kelima



Band brutal death metal Jakarta, SIKSAKUBUR melalui gitaris Andre Tiranda mengkonfirmasi saat ini mereka hampir selesai merampungkan proses rekaman album kelima sejak merilis debut “The Carnage” di tahun 2001. Titel album terbaru mereka nantinya dinamai “Tentara Merah Darah” yang direkam di Studio Avra di daerah Rawamangun dan sejauh ini belum ada konfirmasi label mana yang akan merilis album tersebut.

SIKSAKUBUR yang cukup dikenal lewat rilisan “Eye Cry” di tahun 2003 via Rottrevore Records banyak menerima komentar positif terutama untuk lagu ‘Pasukan Jiwa Terbelakang’, ‘Renounce Me’ dan ‘Destitusi Menuju Mati’ dan berhasil menembus beberapa media mainstream skala nasional.

Di album ini mereka juga berkolaborasi bersama Rince aka Rins Dark yang merupakan vokalis utama band progressive gothic metal Jakarta, GELAP dan juga Moel dari band death metal Bali, ETERNAL MADNESS.

Band ini terbentuk di tahun 1996 dan telah beberapa kali berganti personil dan “Tentara Merah Darah” akan menjadi debut untuk drummer dan bassist baru mereka. Sejauh ini SIKSAKUBUR telah merilis empat album penuh yakni: “The Carnage” [2001], “Back To Vengeance” [2002], “Eye Cry” [2004] dan “Podium” [2007].

Sumber

Sejarah band

SIKSAKUBUR pertama kali di bentuk pada 6 july 1996. Dengan Lineup : Andyan Gorust ( Drums ) - Ade Godel (Gitar/ Voc ) - Mbenk ( Gitar ) - Burgenk ( Bass ). Nama SK ini diambil dari band yang menjadi tolak ukur mereka dalam bermusik yaitu SEPULTURA yang berarti kuburan band memulai debut nya dari event-event UNDERGROUND mulai menarik perhatian para Pecinta musik DEATH METAL dibulan july hingga september tahun 1996 SIKSAKUBUR mulai masuk studio rekaman yang bernama K-studio yang mengemas 9 lagu yang dituangkan dalam sebuah album THE CARNAGE yang dirilis dan didistribusikan oleh EXTREME SOUL PRODUCTION dalam sebuah kaset & CD. Album ini mendapat tanggapan yang positif dari kalangan pemerhati musik UNDERGROUND khususnya album ini terjual 1000 keping CD & 500 copy kaset, walaupun kwalitas dari album ini sangat kurang dikarenakan minimnya perlengkapan studio rekaman.
Sukses dengan album pertamanya bulan November 2001 SIKSAKUBUR merekam 9 lagu dan dibubuhi 1 (intro) yang dituangkan kedalam album kedua BACK TO VENGEANCE yang didistribusikan oleh ROTTREVORE records dalam sebuah format kaset, penjualan album ini termasuk fantastis dalam kurun waktu 1 bulan telah terjual 750 copy kaset walaupun hasil rekaman inipun masih kurang sempurna tapi lebih baik dari album pertama. SIKSAKUBUR mulai merambah event-event di Indonesia khususnya dipulau jawa hingga bali, Kalimantan, Sulawesi & Kota Lainnya.

Formasi album THE CARNAGE and BACK TO VENGEANCE adalah Japra (vocal), Andyan gorust (Drum), Ade godel (gitar), Burgenk (Bass) tapi setelah album kedua dirilis ADE GODEL mengundurkan diri dari SIKSAKUBUR karena tidak bisa membagi waktunya dengan band, disusul dengan BURGENK yang mengundurkan diri dari band karena harus melanjutkan study keluar negeri. Posisi ini di gantikan oleh Andre yang juga gitaris REVITOL dan Yudhi bebek ex- AUTHORITY, dengan formasi ini SIKSAKUBUR mengeluarkan album ke tiga yang bertitel EYE CRY album ini dirilis dan didistribusikan oleh ROTTREVORE records dalam format CD dan KASET album inilah yang membuat SIKSAKUBUR mendapat perhatian lebih dari media massa dan elektronik. SIKSAKUBUR merambah event-event bukan hanya event UNDERGROUND saja tapi event yang bukan UNDERGROUND sampai pentas seni sekolah SIKSAKUBUR menjadi headliner dalam acara tersebut ini sebagai bukti bahwa musik DEATH METAL yang dimainkan oleh SIKSAKUBUR mulai mendapat perhatian lebih, bukan hanya di Indonesia tapi hingga mancanegara khususnya SINGAPURA dan MALAYSIA. Karena july tahun 2005 lalu SIKSAKUBUR menjadi headline pada sebuah event metal di singapura.

Album THE CARNAGE dan BACK TO VENGEANCE akhirnya dirilis oleh FROM BEYOND record (Belanda) ini adalah sub label dari DISPLASEDrec yang merupakan salah satu label METAL besar di amerika album ini dikemas kedalam bentuk CD yang didistribusikan Bukan hanya di ASIA tapi benua EROPA dan AMERIKA. > Setelah lebih dari 10 thn berkiprah di Blantika musik metal Indonesia SIKSAKUBUR telah merilis 4 AlbumPodi yaitu THE CARNAGE, BACK TO VENGEANCE, EYE CRY dan PODIUM yang juga merupakan album terakhir dari drummer sekaligus pendiri SIKSAKUBUR yaitu ANDYAN GORUST. Namun setelah mengalami masa2 sulit dan masa pencarian pemain drum, akhirnya SIKSAKUBUR mendapatkan drummer baru yaitu PRAMA [ ex- ALEXANDER.LAST SUFFER] . Namun masalah belum selesai, YUDI BEBEK pun mengundurkan diri karena masalah pekerjaan, namun EWIN (Eks, Bloody Gore/C.O.B/Extracensory) langsung menggantikan nya. dan SIKSAKUBUR pun siap untuk kembali dengan formasi baru ini....so WATCH OUT !!!!

band Sites

* Darren Clearesta

Mungkin ini akan menjadi Album Spekulasi Pasti untuk nama Siksa Kubur Dipertaruhkan dalam Jaminan Mutu pasca keluar-nya Konseptor Utama Andyan Gorust untuk lebih Konsen di DeadSquad, sebuah Sosok band yang membawa penuh Nyawa SK sendiri, yup SK sekarang Memasukkan pengganti Pengganti Sosok pengganti Andyan, Prama. yang masih mengundang Sangsi akan Konsep SK akan banyak bakalan berubah dengan Konsep2 SK sebelumnya. sebuah Spekulasi Penting yang harus segera terbuktikan dialbum barunya nanti. en Gimana menurut Kalian Nich ?? kasih Komen doong !! ....

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Pembajakan Musik di Internet Untungkan Industri Musik

Pembajakan Musik di Internet Untungkan Industri Musik



Oleh Nanang

Pembajakan musik memang kian tak terbendung di internet dan dianggap amat merugikan industri musik. Namun sebuah studi cukup membuat heboh karena membuat kesimpulan sebaliknya, yaitu bahwa pembajakan justru bisa menguntungkan industri musik.

Pasalnya, menurut studi yang melibatkan seribuan responden ini, para pengunduh musik bajakan ternyata juga lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli lagu ketimbang orang yang tidak melakukannya.

"Orang yang men-download musik secara gratis sepuluh kali cenderung membeli musik di internet ketimbang mereka yang tidak melakukan pengunduhan tersebut," jelas Audun Molde, salah satu peneliti yang terlibat dari Norwegian School of Management.

Studi di Norwegia ini menunjukkan, kaum muda usia 15 sampai 20 tahun adalah yang paling aktif mengunduh musik gratisan. Namun ternyata kelompok ini juga membeli musik online sedikitnya 75 kali dalam periode 6 bulan, dibandingkan hanya 7 kali pada mereka yang tidak pernah mengunduh musik gratis.

"Studi ini menunjukkan bahwa memang ada kemauan untuk membeli musik meskipun ada kondisi musik tersebut tersedia (dengan cuma-cuma)," klaim Molde seperti dilansir AFP Kamis (23/4/2009).

Belum diketahui bagaimana tanggapan pelaku industri musik terhadap studi ini. Yang pasti pembajakan di internet masih dianggap membahayakan.

Bagaimana di Indonesia sendiri?
Kalau menurut pengamatan saya malah sangat menguntungkan, dari banyaknya yang dibajak maka makin terkenal, dan bila lagu tersebut terkenal biasanya laris manis dipakai untuk soundtrack sinetron/film, iklan, dan penjualan RBT yang banyak. Selain itu para musisi juga ketiban untung dengan banyaknya permintaan manggung. Bagaimana menurut rekan-rekan?

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Musik Bajakan Dominasi Internet !!

Musik Bajakan Dominasi Internet !!



Organisasi industri rekaman musik global menuntut penyelenggara jasa internet bekerja sama memberantas pembajakan musik dengan memberikan sanksi kepada pelanggan internet yang men-download musik bajakan.

Organisasi industri rekaman musik global, International Federation of the Phonographic Industry (IFPI), menerbitkan riset terbaru mengenai industri musik digital dunia pada 2008. Dalam laporan itu terungkap, sebanyak 95 persen musik digital yang di-download dari internet pada tahun 2008 adalah musik bajakan. IFPI menjelaskan, jumlah musik digital bajakan yang didownload dari internet pada tahun silam mencapai lebih dari 40 miliar file.

Karena peredaran musik bajakan itu sangat merugikan industri rekaman, IFPI menuntut kerja sama para penyelenggara jasa internet (PJI) atau internet service provider (ISP) untuk turut serta memberantasnya. IFPI mengungkapkan, PJI memiliki peran strategis dalam menghentikan pembajakan musik digital. Sebagai contoh, sebanyak tujuh dari sepuluh atau 72 persen pengguna internet di Inggris tidak akan berani men-download musik bajakan dari internet apabila PJI memberikan ancaman sanksi kepada para pengguna internet tersebut.

Sanksi terhadap pen-download musik bajakan bisa berupa pemutusan koneksi internet antara satu hingga 12 bulan. Atau jika pelanggaran terus diulang, maka pengguna internet tersebut dilaporkan kepada penegak hukum untuk diproses secara perdata atau pidana. Di Prancis, sebanyak tujuh dari sepuluh atau 74 persen pengguna internet sangat ketakutan ketika diancam pemutusan koneksi. Mereka semakin takut lagi ketika diancam denda dan penjara. Pada saat ini, IFPI baru berhasil menjalin kerja sama dengan pemerintah Inggris dan Prancis untuk mendorong PJI membantu pemberantasan musik bajakan.

IFPI mengaku sudah bekerja keras untuk memberantas pembajakan musik di internet. Pada 2008, IFPI berhasil menghapus tiga juta link musik bajakan. Angka itu enam kali lebih besar daripada 500.000 link yang berhasil dihapus IFPI pada 2007. Dengan penghapusan sejumlah link tersebut, IFPI berhasil mencegah download jutaan file musik bajakan. Pada 2008, IFPI juga meningkatkan agresivitas pemberantasan musik bajakan dengan membentuk tim pencegah pembajakan musik prerelease (musik yang belum dipasarkan studio rekaman).

Tim tersebut terbukti cukup efektif. Sebagai contoh, pada awal 2008 studio rekaman Zomba Records melaporkan kepada IFPI bahwa album terbaru Usher, yakni ‘Here I Stand’, bocor sebelum peluncuran resmi pada Mei 2008. Bekerja sama dengan penegak hukum, tim IFPI segera bergerak cepat. Mereka melayangkan lebih dari 4.000 surat perintah penghapusan link musik Usher itu kepada para pengelola situs, blog, dan forum online. Hasilnya, download musik bajakan tersebut dapat dihentikan dan ‘Here I Stand’ meraih sukses besar dengan menduduki peringkat teratas pada tangga lagu Billboard Hot 100.

Menjelang akhir 2008, IFPI menerima laporan serupa. Kali ini musik yang dibajak sebelum diluncurkan adalah album “And Winter Came….” milik Enya. Bersama para penegak hukum, tim IFPI berhasil menghapus sejumlah link yang menyediakan download musik itu.

Di samping menegaskan bahwa level pembajakan musik di dunia pada 2008 masih sangat tinggi, dalam laporan terbaru ini IFPI juga memuji inovasi-inovasi model bisnis musik seperti Comes With Music dari Nokia Corp dan PlayNow dari Sony Ericsson Mobile Communications AB. IFPI menilai, model bisnis musik kedua produsen ponsel itu efektif untuk meningkatkan penjualan musik digital legal.

Di samping itu, IFPI juga memuji model bisnis musik dari situs jejaring sosial MySpace dan situs videosharing YouTube. Namun, IFPI menegaskan, model bisnis musik yang paling inovatif sesungguhnya terjadi di sektor game.Kehadiran game musik seperti ‘Guitar Hero’ dan ‘Rock Band’ meningkatkan penjualan musik digital legal karena pemain harus membeli musik yang ditanam dalam game itu. Firma riset NPD Group mengungkapkan, pada 2008 penjualan musik digital yang ditanam dalam game mampu menyumbangkan 15 persen pendapatan musik digital legal di AS.

Price Waterhouse Coopers (PWC) menambahkan, game ‘Guitar Hero’ dalam tiga tahun terakhir mampu menjual lebih dari 23 juta kopi musik digital legal di Amerika Utara dan menghasilkan pendapatan lebih dari USD1 miliar. IFPI mengingatkan, konsumen tidak akan keberatan membeli musik digital legal apabila produsen mampu menyajikan model bisnis yang adil alias tidak memberatkan konsumen.

Sebagai contoh, model bisnis musik Apple Inc melalui iTunes Store. Pada awal 2009, Apple bahkan menyediakan delapan juta judul musik bebas DRM (digital rights management) di iTunes Store. Dengan musik bebas DRM, pengguna bisa memindah-mindahkan musik itu ke berbagai alat elektronik, sesuai kebutuhan.

“Industri rekaman musik telah mengubah total pendekatan mereka dalam berbisnis sehingga mengubah dramatis cara distribusi musik dan cara orang menikmati musik,” ujar Chairman & Chief Executive Officer IFPI John Kennedy. IFPI menutup laporannya dengan menyatakan pada 2008 penjualan global musik single legal di internet naik 24 persen menjadi 1,4 miliar kopi dan penjualan album digital naik 36 persen.

Single digital paling laris di dunia pada 2008 adalah ‘Lollipop’ dari Lil Wayne, yang laku 9,1 juta kopi alias lebih dari 1,8 juta kopi lebih banyak daripada penjualan single paling laris 2007.

Sumber

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

SUCCESS WILL WRITE APOCALYPSE ACROSS THE SKY - The Grand Partition and the Abrogation of Idolatry 2009

SUCCESS WILL WRITE APOCALYPSE ACROSS THE SKY - The Grand Partition and the Abrogation of Idolatry 2009
Nuclear Blast Records



Busyet Nama band asal Tampa, Florida Amrik ini Puannjang banget en Rada susah dimasukin dalam memory Otak Menghafal gw he he he, Band Brutal Death Metal generasi baru ini adalah salah satu New Comer yang sedang Cemerlang di Roster Nuclear Blast Records Amrik yang mulai kini banyak didominasi oleh band2 Brutal, walo tergolong New comer yang terbentuk sejak 2006 kemaren, nama Success Will Write Apocalypse Across the Sky ( SWAATS ) sebenernya ga terlalu didominasi oleh wajah2 baru, karena band ini konsisten digawangi oleh Vocalis Brutal Death Groovy Populer Dehumanized, Jonh Collet, terus ada Gitaris band Brutal Bodies in the Gears of the Apparatus, Aaron Haines bareng Ian Sturgill, lalu juga ada Personil paling cewek sebagai sampling aja, Jen Muse yang juga aktif diband Filth Porn bersama Gitaris Ian Sturgill sendiri en Diposisi Drum saat rekaman materi ini ada Drummer berbakat Mike Heller yang lebih dikenal permainannya di Band Malignancy, namun kehadiran Mike cuman ditampilkan di sesi Rekaman album ini en selanjutnya kini diisi oleh Drummer metal Pendatang baru Pete Lamb. Setelah cukup menyita perhatian dengan Rilisan Mini Cd pertama “Subhuman Empire “ ditahun 2007 lalu, jam terbang band ini kian berkibar saja sehingga menarik Minat Nuclear Blast Records kawasan Amrik untuk Mengontrak mereka. Alhasil album Full pertama bertajuk “The Grand Partition and the Abrogation of Idolatry “ yang memuat 13 Track Ngebut berdurasi total sekitar 32:40 menitan berhasil dilejitkan !!!. diawali oleh “10,000 Sermons, One Solution “ menjadi penjagal awal yang menghentak dengan Blastbeat dasyat !!! Gw awalnya sempet mengira kalo band ini memainkan Trend Booming Deathcore en ternyata dugaan Gw 666& salah, band ini memainkan Typical yang ngebut serta dinamis seperti perpaduan karakter Malevolent Creation era “ Doomsday “, Hate Eternal Era “ I Monarch serta Gempuran2 Dasyat ala Malignancy. Ketukan Blastbeat Konstan Mike menjadi Adrenalin tersendiri buat SWAATS tampil ngebut dengan deraan Blastbeat yang Dasyat !!, Riff2 Konvensional dengan Balutan Growling emosional Membawakan tema tentang Fakta kebenaran serta Kebencian dalam Bahasa yang Extreme Punya. Beberapa sampling unik sering terdengar disini, seperti Gaya Industrial Death Metal-nya Fear Factory. Pummeling strike Riff yang masih kental dengan Harmonisasi yang serba Cepat menciptakan Atmosfir yang Brutal !! , “The Realization That Mankind is Viral in Its Nature “ tetep menjadi penyiksa gendang telinga selanjutnya dengan Gempuran Blastbeat yang Kian mematikan sekali hingga track akhir “The Tamagotchi Gesture “ . Walaupun materi ini udah mereka kerjakan sejak desember 2007 di soundboard yang ditangani langsung oleh Death Metal Gitaris legenda, James Murphy yang dibantu oleh Drummer Mike Heller sendiri rupanya telah menjadi Poin plus tersendiri untuk Rilisan yang tergolong keren ini. Rasanya album ini menjadi jawaban tersendiri sejak materi “Subhuman Empire “ kalo SWAATS kini semakin matang en Berbahaya !!! This is unadulterated and immaculate violence performed at break-neck speeds !!!

Reviews By Herry SIC

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

KREATOR - At the Pulse of Kapitulation-Live in East Berlin 1990

KREATOR - At the Pulse of Kapitulation-Live in East Berlin 1990
Steamhammer / SPV 2008 DVD



Buat elo yang ga sempet menikmati Audio Visual Kreator pada era Kejayaan Video VHS, kayaknya Pihak steamhammer amat Berbaik hati banget dengan kembali Merilis Rekaman Konser Kreator Live in East Berlin ditahun 1990 serta Video Representatif “Hallucinative Comas “ dalam 2 keping ( DVD & CD ). Yup DVD ini sebenernya Masih bermateri sama dengan yang aslinya, cuman bedanya terkemas dalam 1 DVD aja dalam Total durasi 3 Jam lebih !!!, wow keren apalagi buat elo Fans Kreator yang pengen tau penampilan mereka Via Flashback beberapa Tahun Silam perjalanan karir-nya, di DVD pertama-nya 25 track termasuk Documentary: The Past and Now yang berdurasi 17:25 menampilkan wawancara Mille dengan sebuah media cetak, trus disk ke 2 menyuguhkan 14 track sheet Berformat CD, sementara ga ada Gambar yang baru disini, selain 2 Rilisan Official Video Kreator yang mungkin udah Punah ditelan Teknologi yang Kian Maju. Semuanya juga sudah diEdit ulang menjadi lebih menyesuaikan dengan Sound yang lebih Modern walo tanpa mengurangi Keaslian warna Musik Kreator Sendiri. Sehingga buat Fans lama Kreator, DVD ini cuman sebagai Audio Visual Nostalgia aja he he he he …

* Reviews By Herry SIC

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

KREATOR - Live Kreation - Revisioned Glory

KREATOR - Live Kreation - Revisioned Glory
Steamhammer / SPV 2003 DVD



DVD Milik Raksasa Thrash Metal terbaik Jerman ini emang Keren abis, Mulai dari segi Kemasan Hingga Kualitas Visualnya emang ga Bikin Bete coz ini menggunakan 5.1 Digital Surround Sound !! sehingga Penampilan Audio Visual yang ditampilkan emang Profesional Punya. Sang Frontman band Mille Petrozza emang seorang Konseptor yang handal untuk materi DVD ini, biasanya kebanyakan Cover DVD official band laen cuman berisi beberapa Lembar Booklet dalam pengemasannya, beda dengan yang disuguhkan Official DVD ini, menghadirkan 16 Deluxe Booklet DVD yang keren. Materi DVD ini diambil dari Perjalanan Tour Violent World Revolution 2001 / 2002, yang secara keseluruhan memainkan 24 lagu dalam 2 Keping DVD yang juga menambahkan Promotional Video Clip untuk lagu “ Toxic Trace, Betrayer, People Of The Lie , Renewal , Lost, Isolation, Leave This World Behind, Endorama, Chosen Few serta Violent Revolution yang merupapakan Perjalanan Karir Kreator sejak 1982 Hingga 2001. Ga itu aja juga ada Bonus Videos untuk lagu Flag Of Hate serta Tormentor saat penampilan Kreator dievent With Full Force festival. Selain itu DVD ini juga dilengkapi dengan Bermacam Bahasa, seperti English, Japanesse, Italy, France, Spain, Portugis sebagai Sub Titles, sehingga Kita ga Bingung2 banget dengan Kata2 yang dikeluarkan Oleh Mille Petrozza ini he he he, permainan Yang sangat Prima dalam 24 lagu andalan berdurasi sekitar 2 ½ jam ini. Emang persembahan Terbaik Kreator untuk Fans Die hard Thrash Metal !!!, yang Pasti DVD ini amat Melepaskan Dahaga Buat elo yang pengen Melihat sepak terjang panggung Kreator ketimbang Interview2 panjang yang membosankan. Apalagi Artwork Covernya Keren en sadis punya. Buat elo Penikmat Keren abis track macam Violent Revolution, Extreme Aggression, People of the Lie, Renewal, Terror Zone Hingga Golden Age, elo Musti Liat sendiri DVD Kreator yang Keren ini.

* Reviews By Herry SIC

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

EVENT SEPI PENONTON ????

EVENT SEPI PENONTON ????
oleh Herry SIC



….. sebuah pertanyaan Kecil namun semakin gw pikirkan juga akan menjadi sangat besar nantinya… sebuah pertanyaan…tentang kenapa akhir2 ini Event Underground yang digelar koq sepi dari pengunjung??… ya mungkin sebuah pertanyaan yang sama dengan elo ( Mungkin ) yang menyikapi Refleksi fenomenal ini… coba kita fikirkan lebih mendalam dari apa yang elo denger, rasakan serta alami, kenapa fenomena ini terjadi.

Ada baiknya kita telusuri satu persatu, gw disini pengen banget memberikan Opini yang semoga aja dapat bermanfaat nantinya atas semua yang terjadi. Coba kita kembali rasakan, perkembangan music underground sekarang ini dibandingin 5-7 tahun yang lalu, masa itu segala sesuatu juga serba sulit en ga semudah sekarang, yach menyikapi perkembangan jaman serta seleksi alam pasti kita juga ga akan bisa berbuat apa apa selain harus mengikuti arus yang mengalir seiring perkembangan sebuah decade juga sang waktu. Cerita sekarang juga amat berbeda dengan era sebelumnya, itu juga udah menjadi Hukum alam buat manusia-nya.

Kembali sebuah pertanyaan tentang sepinya Penikmat serta pengunjung event underground di berbagai daerah….sekali lagi gw ngasih opini yang ( mungkin ) sangat Berarti untuk kita renungkan kembali. Ini adalah sebuah Survey Gw ke lapangan langsung. Segala sesuatu-nya juga ga lepas dari yang namanya sebab akibat. Salah satunya adalah sikap “ Egoisme “ diri yang menjadi masalah utama disini yang mengabaikan sekali sikap n sifat pergerakan musik Underground yang sebener-nya, kalo dari lahir n sampai mati-pun “ Underground is United “, itu sudah menjadi dasar yang kuat lahirnya pergerakan musik bawah tanah ini.



Saat gw liat beberapa event metal yang Ritme-nya “ sering “ banget di gelar menjadi satu factor dominan mengapa menjadi sangat sepi pengunjung…karena apa? Seorang manusia itu juga memiliki titik jenuh yang sangat tinggi begitu merespect sesuatu yang sifat-nya diulang ulang. Hal ini tanpa sadar menjadikan sebuah “ Over Expose “ , Hampir setiap minggu event itu digelar oleh beberapa scene yang dibikin oleh beberapa Event Organizer metal dengan tujuan-nya “ mensupport “ perkembangan music metal ( entah itu disadari atau ada Unsur lain .ed ). Namun hal itu rupanya menjadi sesuatu yang lambat laun seperti “ Bom waktu “ yang nantinya sanggup menghancurkan tujuan-nya tadi. Para event Organizer music metal sepertinya sedang berlomba – lomba bikin event, sehingga ga sadar banget membuat penikmat-nya sampai kewalahan en tidak diberi kesempatan sedikit-pun buat bernafas lega. Itulah yang nantinya membuat adanya factor boring yang tercipta. Ditambah lagi tentang kemasan event-nya yang rasanya udah ga “ Pure “ lagi pada cita cita underground itu sendiri, en malah terkesan Sea-adanya karena perencanaan yang Instan, berlomba lomba juga para penyelenggara membuat kemasan yang serba “ mewah en Wah “, itu terlihat pada pamflet yang mereka cetak dalam format Glossy full Colour dengan tujuan sebagai penarik perhatian pengunjung nantinya, ditambah lagi dengan pemasangan “ Guest Star “ dari band2 papan atas ditanah air, sehingga tanpa sadar juga menaikkan pamor serta “ Tarif “ band tersebut menjadi semakin menjulang, tujuannya sich sama dengan yang pertama : menjaring Penonton lebih banyak lagi. Tapi coba elo pikirkan aja kembali masalah ini apakah sesuai dengan Budget even yang elo Buat?? Apakah akan menjadi jaminan sukses pembuatan pamflet “ Full colour mewah “ juga Bintang tamu “ megah “ itu?? seperti-nya ada jawaban Mutlak dari gw, SAMA SEKALI BUKAN JAMINAN !!!, kenapa? Dari masalah itu tanpa sengaja pihak panitia menjadi memiliki “ gengsi serta Ego “ yang tinggi. Mereka cuman akan ( selalu ) menjaga jarak antara rekan2nya ( Se-Undergrounder .ed ). Mungkin ada anggapan sikap Profesional menjadi ( satu ) jarak-nya. Walo ga dipungkiri buat kita sebagai entertainment harus lebih memiliki sikap professional, tapi gw akui hal tersebut sah-sah aja. Tapi juga harus diingat Dunia bawah tanah juga memiliki suatu aturan sendiri ( mungkin ) yang ga boleh dilupakan. Kita semua satu saudara dalam Pergerakan Musik Bawah tanah yang merupakan sesuatu yang udah mendarah daging !!…Gw liat begitu pamflet dicetak full colour, malah banyak sekali featuring band2 luar kota ketimbang scene-nya sendiri. Wah kayaknya elo udah “ kecolongan “ banget dech, namun coba elo tengok kembali Budget elo itu….Amburadul khan??..karena kenapa? Kita bikin Pamflet Full colour Gloosy itu aja sangat menguras Budged, karena dengan cara itu yang sekali Produksi aja minimal sekali jalan minimal musti 1000 lembar, trus dalam waktu singkat aja, contohnya 2 bulan aja elo ga akan bisa menghabiskan Pamflet tersebut buat elo sebarin ke satu persatu orang, padahal Faktanya 1 orang yang tahu Tentang event yang akan di gelar aja bisa dari mulut kemulut bisa nyampe ke 1000 orang dalam sekejab!!! Jadi elo akan rugi sekali tentang dana yang pasti akan terbuang dengan sangat percuma dengan tujuan tampil Keren aja! Tambah lagi, kalo elo minta tolong seseorang buat nyebarin Pamflet ( yang mungkin bisa sebesar Poster ) ke temen2 yang lain, pasti akan merasa ogah aja, en memilih buat ditempelin dikamarnya aja, dengan alasan gambar-nya keren. Ayo Jujur aja kalo Kita mengakui demikian. Sehingga Berita event ini cuman berhenti di tembok kamar aja. Nach lho.. mending alokasi dana-nya buat kebutuhan Tak Terduga nanti, kayak Minus pemasukan, Pung-li dari ANJING-ANJING “ Berpakaian Aparat “, serta Kesulitan Birokrasi. Dari beberapa pengalaman gw, setiap kali ada even, pasti ada aja para ANJING APARAT yang datang dengan dalih Mengamankan acara, padahal mereka datang kelokasi Cuman Nongkrong en minta “ Jatah “ aja trus kagak ngapa-ngapain, tapi ini udah jadi tradisi yang sulit dihilangkan. Tapi saran gw, begitu liat ANJING APARAT itu datang ke lokasi, langsung cegat aja dari depan, en kasih Amplop dengan didalamnya sejumlah uang yang ga usah banyak2 nominalnya, pasti dech ANJING KEPARAT Itu akan Buru2 MINGGAT…tapi kalo elo membiarkan dia sampe lama di lokasi acara, malah akan semakin “ Aneh-aneh “ permintaannya atas nama Keamanan Masyarakat segala, ya daripada Berabe, mending cara gw tadi bisa elo lakukan Koq en liat hasilnya…. belum selesai masalah itu elo juga akan siap-siap diserang masalah band2 luar kota yang banyak sekali elo jadikan featuring di pamflet. Ya masalah dana transportasi, akomodasi serta Konsumsi buat mereka yang cuman sebagai featuring dari luar kota. Beruntung kalo elo bisa menemukan band yang enak dalam komunikasi en negoisasi, tapi kalo ketemu yang “ rewel “ en “ sok “ gitu gimana?? Itu akan menjadi kekalahan elo nantinya buat EO “ yang bertanggung jawab “ tentunya. Kalo gw ngasih masukan untuk masalah ini, kita sebagai seorang Underground yang mengerti, kita kembali aja ke semangat “ Do it Your Self “ seperti beberapa tahun sebelumnya. Yang juga ga kalah hebat en sukses dibandingin dengan format yang elo berikan sebelumnya. Walo pamflet cuman dicetak fotocopyan aja namun sanggup membikin jebol kapasitas gedung event music ini !!! silahkan check pengalaman2 ini kepara dedengkot2 metal discene elo yang udah bikin event ginian jauh sebelum elo sekarang ini. Walo cuman dengan modal 10ribu aja, pamflet bisa menjadi 100 lembar en itu bisa nyampe ke pelosok nusantara bahkan juga luar negeri berita-nya. Jangan remehkan kekuatan Pamflet Foto copyan! En juga harus elo desain semenarik mungkin. Trus kalo elo pengen bener2 menjalankan slogan “ keep and support Our Local scene “, jangan lupa cantumin semua band2 yang ada di scene elo semua-nya, karena ini adalah mata rantai sukses yang ga boleh diputuskan. Kalo event di adakan di kota “ A “ misalnya, jadi semaksimal yang main nantinya, adalah band2 dari kota “ A “ itu juga, dengan Porsi Minimal-nya bisa 95% aja, sekalian elo juga harus nunjukin kekuatan scene di kandang elo sendiri dong, karena juga nantinya para penonton yang datang dari kota “ A “ itu sendiri plus mengajak temen2 lainnya dengan sukarela mensupport temen2 band dari kota “ A “ itu juga. Masalah Guest star, ya terserah kebijakan Sisa Budged yang nantinya ga memberatkan pendanaan selama berlangsung serta berakhir-nya even ini. Ini adalah semata mata menjadi maksud semula kalo underground itu United, untuk scene2 lain juga bisa menerapkan system kayak gini, en sesekali melakukan Tukar menukar band yang bagus en memiliki performa yang bener2 disaluti oleh semua metalhead bukan atas dasar “ pertemanan saja “, jadi band2 berpotensi akan sangat dihargai termasuk juga Pendatang baru alias new comer bakalan memiliki tempat tersendiri buat menjadi yang berpotensi nanti-nya. Gampang Khan? Trus ada fakta lagi yang menjadi alasan kalo kenapa pamflet2 tersebut dicetak sedemikian mewah…karena itu juga merupakan campur tangan kapitalis yang saat ini mulai melirik Pertunjukan musik bawah tanah yang beberapa tahun kemaren sangat sukses itu! Mereka ( kapitalis ) itu sekarang berlomba-lomba men-sponsori berbagai even dengan perjanjian yang merugikan pihak EO nantinya, Ayooo Jujur aja masalah ini…..



Apalagi mereka cuman memberi 20% aja sudah bisa mengendalikan 80% Administrasi, yang ujung2-nya elo bakalan merasakannya juga namanya “ kerugian “. Saran gw, jangan pernah mau bekerja sama dengan Pihak2 ( kapitalis ) apabila Perjanjian Kontrak nantinya akan merugikan elo, lebih baik batalkan aja en kembali ke D.I.Y. gw percaya banget segala sesuatu yang elo kelola secara D.I.Y dengan dimantapkan sikap “ kebersamaan “ acara ini bakalan sukses di penuhi oleh para metalhead yang akhirnya bermuara dengan Keuntungan besar dari Budged even yang elo keluarkan sebelumnya. Dari sikap kebersamaan ini maka akan timbul semangat “ peduli antar metalhead “ en jauh dari sikap menghancurkan. Mereka akan peduli menjaga keamanan selama even berlangsung, peduli dengan sibuknya panitia penyelenggara, peduli pada hal ketertiban, en peduli beli tiket demi sukses even ini.Simple en mudah khan?



Lanjut lagi gw juga menemukan beberapa kejanggalan lagi di sini, tentang band2 yang tampil. Dibeberapa even yang digelar, kita kasih contoh simple aja, kalo di daerah “ B “ yang walaupun memiliki scene yang besar sekali, namun setiap kali pamflet keluar, band yang tampil cuman itu itu saja! Kasih contoh lagi, band “ X “ ini selalu saja menghiasi pamflet acara discene “ B “ juga daerah lain, selalu tercantum nama band “ X “ sebagai Featuring-nya, seakan akan lagi sudah ga ada band lagi dech. Jadi Metalhead yang mau melihat even jadi udah Bete duluan karena factor tersebut dech. Ya ga menutup kemungkinan kalo band “ X “ tadi sekarang lagi disuka alias naik daun, itu its ok aja, tapi ingat sebelumnya tadi, semakin sesuatu yang diulang2 seseorang akan menemukan titik Bosan-nya. Setelah ditelusuri lagi, masalah ini terjadi karena ada unsur “ Pertemanan baik “ aja. Ya ingat aja kalo kita semua ini saudara en temen, jadi teman elo ga cuman satu dua orang khan?? Kalo “ X “ sering mengisi pamflet even, gimana dengan kesempatan band lain yang siap berpotensi nantinya?? Serta band2 new comer juga perlu tempat untuk menunjukkan eksistensinya dong. Jadi gw kasih saran nich buat para penyelenggara buat bikin suatu variasi dengan menampilkan band2 yang berbeda setiap kali menggelar even, juga memberi variasi cara tersendiri dari elo buat bikin even ini menarik. En satu lagi yang sangat perlu banget elo ingat selalu….bikinlah even yang terbaik dalam jangka waktu 3 bulan sekali atau paling cepet 1 Bulan sekali disetiap scene, ciptakan kerinduan metalhead dengan hingar bingar-nya event yang bisa memacu adrenalin mereka buat menonton hingga even selesai. Trus juga penting banget masalah harga Ticket masuk-nya, sesuaikan dengan kocek remaja2 kita, jangan memasang tariff tiket yang menjulang demi semata mata mengembalikan modal, ini juga menjadi masalah sensitive sepinya even. Kalo elo make ilmu Hitung, apa bedanya antara input en Output?? Mungkin ada lagi alasan yang Klise tentang ini, harga di bikin mahal semata mata untuk “ seleksi “ Penonton aja. Pemikiran Tolol apa lagi ini? Apa setiap manusia itu Harus selalu terus memegang Uang lebih?….dari pemikiran2 diatas elo bisa mengklarifikasikan semuanya sendiri khan?? Jadi bikin harga tiket murah ga akan bikin acara rugi, yang ada metalhead bisa menjangkau-nya so pasti semuanya akan bisa masuk ke lokasi even, PIKIRKAN SUKSES ACARA DULU EN KESAMPINGKAN FIKIRAN BALIK MODAL !! itu menjadi sebuah “ Kalimat Sakti “ yang harus elo tanamkan sebagai seorang Entertainer Underground. begitu acara sukses dengan tiket terjual sesuai target, elo pasti akan merasakan Imbas bagus pula, dengan dana modal balik, perasaan Puas plus senang antara band, panitia serta pengunjungnya ga membawa sikap “ jengkel “. Bukankah begitu? Ya kesemuanya tinggal kita kembalikan lagi ke individu kita yang paling dalam, egoisme akan semakin mengantar elo kejurang kehancuran aja. Dan seperti halnya gw nulis opini ini bukannya gw “ Sok Pinter “, gw menulis ini semata-mata Berbagi pengalaman dari Berpuluh-puluh even yang pernah Gw Bikin sebelumnya. Gw juga ga terlalu “ Mengajari “ elo semua, yang namanya Berbagi pengalaman terbaik adalah yaa dengan cara seperti ini. Semoga buat kalian semua akan banyak sekali Manfaat-nya….tetap selalu hidupkan jiwa metal-mu sampai akhir hayat-mu….Cheerzzz.. ( ditulis oleh Herry SIC )

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati