Seorang punk yang skeptis & teoritis…
“you didn't want this/ you don't think this way/ ideas became business/ you get it if you want/ merchandise from revolt anarchy for sale/ never mind, it's just a trend/ this is what anarchy has become/ it's meaning twisted/ the freedom of false hopes”…
Anarchy for Sale - JACK
Lirik lagu JACK di atas mungkin ngga ada hubungannya sama sekali dengan isi materi tulisan. Tapi entah kenapa harus aku ikut sertakan di artikel ini. Sebenarnya sih pengennya aku cantumkan lirik “Punk Hari Ini”-nya S.I.D yang aku rasa lebih ringan di kuping untuk artikel yang akan membahas 'ngalor-ngidul' tulisanku tentang punk di scene 'kita'. (Kiiita??? Lo aja kali, gw engga! Hahaha… Korban Mamamia nih! -red)
Tulisan ini pendapat subjektifku secara pribadi seputar apa yang terjadi di scene punk kita (walaupun ada beberapa hal yang menurut aku udah “basi” untuk dibahas, tapi ngga disangka-sangka ternyata masih menjadi bahan pembicaraan sampai saat ini). Yang sebenarnya agak malas untuk diungkit, adanya sikap/tindakan beberapa kawan yang mulai saling memojokkan pihak-pihak lain yang akhirnya cuma membuat ruang gerak kita menjadi kaku, dan lebih parah lagi, kita terlalu cepat memvonis! Tulisan ini secara khusus aku tulis untuk kamerad-kamerad Hustler dan juga untuk kawan-kawan punk pada umumnya. Aku juga berharap dengan adanya tulisan ini terjadi ruang komunikasi antara aku dengan kalian semua.
Okelah kita mulai saja… Seperti yang udah aku tulis di atas kalau aku akan ngebahas beberapa permasalahan tentang apa yang terjadi di scene punk kita ini, dari mulai tentang “way of life” punk di televisi-televisi swasta lokal, juga cara berpikir dan sikap-tindak beberapa kawan punk yang dari sisi tertentu terlalu reaksioner, fundamental, kaku tetapi butuh 'liberalisasi jiwa' untuk dapat hidup dan hal-hal lainnya yang mungkin saling berhubungan.
Program tayangan tentang punk seperti yang pernah diulas di beberapa stasiun televisi memang tidak terlalu aku pikirkan, paling cuma jadi obrolan ringan yang buat aku ngga terlalu penting. Buat aku sih sah-sah aja kok kalau ada tayangan-tayangan tentang punk yang diulas oleh stasiun-stasiun televisi lokal. Aku jadi ingat dan 'sepakat' dengan apa yang dikatakan kamerad Bobby (Marjinal) waktu aku maen ke 'rumah produksi'-nya, bahwa kita harus dapat merebut media- dalam hal ini media industri kapitalis agar segala macam propaganda tentang punk itu sendiri dapat diterima (setidaknya diketahui) oleh publik/masyarakat pada umumnya. Yach. Tapi yang menjadi pertanyaan mendasar buat aku, apakah tayangan-tayangan tersebut dapat menjadi sebuah 'propaganda' yang efektif untuk menjadi bahan ulasan/diskusi/pembelajaran? Yang akhirnya dapat mengena/diterima baik untuk punk itu sendiri atau khususnya masyarakat umum di sekitar kita yang tentunya menjadi target utama sasaran. Adalah hal yang baik untuk kemajuan scene punk di tanah air kalau ada pihak televisi yang mau membuka ruang tentang punk itu sendiri dan itu berarti telah terbuka satu ruang walaupun pada dasarnya terjadi sistem seperti “jual-beli”, yang ujung-ujungnya hanya untuk menaikkan rating acara. Dan ini berarti pemasukan keuntungan untuk stasiun televisi yang menayangkan tentang punk itu sendiri dan kita (punk) dapat apa? Terlalu naïf bila kita hanya ingin mendapatkan 'kepuasan batin' kalau hanya karena adanya tayangan tentang punk.
Menjawab apakah efektif tayangan-tayangan tentang kultur punk dengan berbagai macam retorika filosofis dan penjelasan-penjelasannya…
Dari awal aku menyimak tentang hal ini secara garis besar jawabannnya adalah nol besar! Ngga ada tuh manfaatnya! Sekritis apapun penjelasannya, se-politis/se-filosofis apapun jawabannya buat para pemirsa yang menonton cuma masuk kuping kanan-keluar kuping kiri. Satu jam ditonton, satu jam kemudian dilupakan. Mereka (para pemirsa) ngga ada waktu untuk mengomentari tentang apa itu punk. Jangankan memikirkan punk, untuk urusan sembilan bahan pokok aja mereka udah pusing tujuh keliling. Masalah perut lebih penting daripada punk! Membicarakan tentang punk?... Ahh, lebih asyik dan seru menganalisa sepak bola, hehehe. Seperti apa yang aku tulis di atas, bahwa keuntungan itu pada garis besarnya cuma milik stasiun televisi sebagai alat propaganda kita, tetapi untuk kita sendiri, apa yang kita dapat? Stasiun televisi itu jelas melihat ada sisi komersil yang dapat dijual tentang punk sebagai kultur yang sangat digemari kaum remaja yang sedang mencari jati diri, termasuk remaja-remaja “broken home” yang menjadikan punk sebagai pelarian atau untuk remaja-remaja yang sedang beranjak dewasa/menuju masa transisi pubertas. Jadi teringat lagu “Eks-Punk”-nya MRxGRIND; “hidup anak muda hiperbola/ jiwa menggebu semangat membara/ ingat! influencemu bukan influenza/ jangan jadikan neo agama/ budaya tandingan anak ingusan!/ punk hari ini untuk estetika atau transisi masa muda/ dewasa…aku tak akan berubah/ ini aku, kuatur jalan hidupku”…
Buat aku pribadi, kita ngga perlu pengakuan dari masyarakat secara umum. Jalankan aja apa yang kita inginkan dalam scene punk ini. Toh, mereka ngga perduli kok sama apa yang kita lakukan. Masih beruntung scene kita ngga “dilenyapkan” di negara ini oleh penguasa. Saat ini kita udah sangat menikmati kebebasan kita kok. Bisa bikin gigs, tempel poster di tembok-tembok, ngeluarin album se-ekstrim/se-fasis apapun ngga ada yang larang, ikut aksi yang mengangkat tema-tema internasional, dll. Biarkan aja “varian-varian” punk berkembang sesuai jalurnya tanpa publikasi oleh media-media industri hiburan (kapitalis). Kita ngga butuh mereka! Kita ngga perlu membeda-bedakan antara punk “idealis” dengan yang punk “bukan idealis” seperti tayangan URBAN bersama MARJINAL cs. Pelabelan idealisme yang membabi buta cuma membuat ruang gerak kita menjadi kaku, yang ujung-ujungnya cuma memperlebar jarak antara punk A dan punk B. Dan itu terbukti sekarang, punk seperti menjadi dua kubu yang saling mengklaim; “kitalah yang benar!” (entah secara langsung/tidak langsung). Buat aku, seorang anarko-punk udah beridealis kok dengan tindakan, ucapan, dan pola pikir mereka masing-masing. Begitu juga street-punk yang saban hari nongkrong di pinggir jalan juga cukup beridealis dengan berbotol-botol alkohol di tangan mereka, mereka punya idealisme mereka sendiri. Apapun yang mereka ucapkan, lakukan, pikirkan adalah idealisme untuk diri mereka sendiri dan kelompok mereka. Ngga usah dibeda-bedakan. Biarkan kita berjalan apa adanya. Biarkan kita berbeda, ga perlu sama! Toh, politik kita cuma politik yang hanya bermain dalam lingkup teoritis dan stagnan, politik yang “mengekor” apa yang telah ada. Yang membuat kita satu, cuma satu kata-empat huruf yaitu, P-U-N-K. Punk yang lahir dan terus berevolusi dengan varian-variannya yang ngga perlu kita ributkan. Mengutip lagu dari Bunga Hitam (Jalan Baru); “tak bisakah kita duduk sejajar bersama/ sekedar berbicara tentang nasib bangsa/ tak bisakah sejenak kita tanggalkan/ seragam yang selama ini kita banggakan”…
Propaganda di luar media industri hiburan (kapitalis) yang menurut aku (setidak-tidaknya) sangat ampuh untuk diterapkan dan dijalankan adalah, apa yang dilakukan oleh kamerad-kamerad Marjinal cs, walaupun biasa-biasa aja. Sistem propaganda dimana dilakukan “pengenalan” tentang kultur punk dari lingkungan terdekat dimana kita tinggal, yach walaupun intinya “berkenalan sama tetangga dan ngga saling mengganggu”, dan seharusnya metode ini juga diikuti oleh komunitas/scene punk yang lain. Jangan cuma nongkrong, bikin distro, dll aja yang bisa dilakuin. Kalaupun akhirnya kamerad-kamerad Marjinal cs mencoba “merebut” dan akhirnya ada yang berkenan, entah itu media cetak/elektronik buat aku ngga ada artinya sama sekali. Waktu itu aku juga pernah baca tentang kultur punk/kehidupan kawan-kawan (Marjinal) di salah satu suratkabar. Tapi sangat disayangkan, materinya standar abis! Sama sekali jauh dari kesan materi yang berbobot, terlalu ringan, dan ngga beda jauh sama materi-materi tulisan tentang kultur budaya remaja yang sedang “in”. Paling juga suratkabarnya jadi buat bungkus cabe, hehehe... Seidealis apapun kamu di komunitas (punk), apapun yang kamu lakukan untuk punk itu hanya untuk “kesenangan” sesaat. Toh, cepat atau lambat kamu akan terbentur dengan kehidupan sebenarnya. Buat aku, punk bukan dari akhir tujuan hidup, punk ngga akan bisa kelak nanti menafkahi istri/anak-ku.
Ahh, cukup banyak media-media yang bisa kita lakukan sebagai senjata propaganda kita. Ngga penting ngajuin “proposal” atau berharap ada stasiun televisi untuk meliput tentang scene punk kita. Biar aja masyarakat yang mencari tau tentang kita, kalau ngga ada ya udah. Setelah beberapa stasiun televisi meliput tentang punk, toh ngga ada sesuatu yang berarti khan? Biasa-biasa aja. Kita ngga akan bisa merebut media (kapitalis) dan berharap simpati dari masyarakat tentang siapa kita (punk). Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita memperluas jaringan media yang sudah ada di tangan kita. TITIK!
(bersambung…)
Anarchy for Sale - JACK
Lirik lagu JACK di atas mungkin ngga ada hubungannya sama sekali dengan isi materi tulisan. Tapi entah kenapa harus aku ikut sertakan di artikel ini. Sebenarnya sih pengennya aku cantumkan lirik “Punk Hari Ini”-nya S.I.D yang aku rasa lebih ringan di kuping untuk artikel yang akan membahas 'ngalor-ngidul' tulisanku tentang punk di scene 'kita'. (Kiiita??? Lo aja kali, gw engga! Hahaha… Korban Mamamia nih! -red)
Tulisan ini pendapat subjektifku secara pribadi seputar apa yang terjadi di scene punk kita (walaupun ada beberapa hal yang menurut aku udah “basi” untuk dibahas, tapi ngga disangka-sangka ternyata masih menjadi bahan pembicaraan sampai saat ini). Yang sebenarnya agak malas untuk diungkit, adanya sikap/tindakan beberapa kawan yang mulai saling memojokkan pihak-pihak lain yang akhirnya cuma membuat ruang gerak kita menjadi kaku, dan lebih parah lagi, kita terlalu cepat memvonis! Tulisan ini secara khusus aku tulis untuk kamerad-kamerad Hustler dan juga untuk kawan-kawan punk pada umumnya. Aku juga berharap dengan adanya tulisan ini terjadi ruang komunikasi antara aku dengan kalian semua.
Okelah kita mulai saja… Seperti yang udah aku tulis di atas kalau aku akan ngebahas beberapa permasalahan tentang apa yang terjadi di scene punk kita ini, dari mulai tentang “way of life” punk di televisi-televisi swasta lokal, juga cara berpikir dan sikap-tindak beberapa kawan punk yang dari sisi tertentu terlalu reaksioner, fundamental, kaku tetapi butuh 'liberalisasi jiwa' untuk dapat hidup dan hal-hal lainnya yang mungkin saling berhubungan.
Program tayangan tentang punk seperti yang pernah diulas di beberapa stasiun televisi memang tidak terlalu aku pikirkan, paling cuma jadi obrolan ringan yang buat aku ngga terlalu penting. Buat aku sih sah-sah aja kok kalau ada tayangan-tayangan tentang punk yang diulas oleh stasiun-stasiun televisi lokal. Aku jadi ingat dan 'sepakat' dengan apa yang dikatakan kamerad Bobby (Marjinal) waktu aku maen ke 'rumah produksi'-nya, bahwa kita harus dapat merebut media- dalam hal ini media industri kapitalis agar segala macam propaganda tentang punk itu sendiri dapat diterima (setidaknya diketahui) oleh publik/masyarakat pada umumnya. Yach. Tapi yang menjadi pertanyaan mendasar buat aku, apakah tayangan-tayangan tersebut dapat menjadi sebuah 'propaganda' yang efektif untuk menjadi bahan ulasan/diskusi/pembelajaran? Yang akhirnya dapat mengena/diterima baik untuk punk itu sendiri atau khususnya masyarakat umum di sekitar kita yang tentunya menjadi target utama sasaran. Adalah hal yang baik untuk kemajuan scene punk di tanah air kalau ada pihak televisi yang mau membuka ruang tentang punk itu sendiri dan itu berarti telah terbuka satu ruang walaupun pada dasarnya terjadi sistem seperti “jual-beli”, yang ujung-ujungnya hanya untuk menaikkan rating acara. Dan ini berarti pemasukan keuntungan untuk stasiun televisi yang menayangkan tentang punk itu sendiri dan kita (punk) dapat apa? Terlalu naïf bila kita hanya ingin mendapatkan 'kepuasan batin' kalau hanya karena adanya tayangan tentang punk.
Menjawab apakah efektif tayangan-tayangan tentang kultur punk dengan berbagai macam retorika filosofis dan penjelasan-penjelasannya…
Dari awal aku menyimak tentang hal ini secara garis besar jawabannnya adalah nol besar! Ngga ada tuh manfaatnya! Sekritis apapun penjelasannya, se-politis/se-filosofis apapun jawabannya buat para pemirsa yang menonton cuma masuk kuping kanan-keluar kuping kiri. Satu jam ditonton, satu jam kemudian dilupakan. Mereka (para pemirsa) ngga ada waktu untuk mengomentari tentang apa itu punk. Jangankan memikirkan punk, untuk urusan sembilan bahan pokok aja mereka udah pusing tujuh keliling. Masalah perut lebih penting daripada punk! Membicarakan tentang punk?... Ahh, lebih asyik dan seru menganalisa sepak bola, hehehe. Seperti apa yang aku tulis di atas, bahwa keuntungan itu pada garis besarnya cuma milik stasiun televisi sebagai alat propaganda kita, tetapi untuk kita sendiri, apa yang kita dapat? Stasiun televisi itu jelas melihat ada sisi komersil yang dapat dijual tentang punk sebagai kultur yang sangat digemari kaum remaja yang sedang mencari jati diri, termasuk remaja-remaja “broken home” yang menjadikan punk sebagai pelarian atau untuk remaja-remaja yang sedang beranjak dewasa/menuju masa transisi pubertas. Jadi teringat lagu “Eks-Punk”-nya MRxGRIND; “hidup anak muda hiperbola/ jiwa menggebu semangat membara/ ingat! influencemu bukan influenza/ jangan jadikan neo agama/ budaya tandingan anak ingusan!/ punk hari ini untuk estetika atau transisi masa muda/ dewasa…aku tak akan berubah/ ini aku, kuatur jalan hidupku”…
Buat aku pribadi, kita ngga perlu pengakuan dari masyarakat secara umum. Jalankan aja apa yang kita inginkan dalam scene punk ini. Toh, mereka ngga perduli kok sama apa yang kita lakukan. Masih beruntung scene kita ngga “dilenyapkan” di negara ini oleh penguasa. Saat ini kita udah sangat menikmati kebebasan kita kok. Bisa bikin gigs, tempel poster di tembok-tembok, ngeluarin album se-ekstrim/se-fasis apapun ngga ada yang larang, ikut aksi yang mengangkat tema-tema internasional, dll. Biarkan aja “varian-varian” punk berkembang sesuai jalurnya tanpa publikasi oleh media-media industri hiburan (kapitalis). Kita ngga butuh mereka! Kita ngga perlu membeda-bedakan antara punk “idealis” dengan yang punk “bukan idealis” seperti tayangan URBAN bersama MARJINAL cs. Pelabelan idealisme yang membabi buta cuma membuat ruang gerak kita menjadi kaku, yang ujung-ujungnya cuma memperlebar jarak antara punk A dan punk B. Dan itu terbukti sekarang, punk seperti menjadi dua kubu yang saling mengklaim; “kitalah yang benar!” (entah secara langsung/tidak langsung). Buat aku, seorang anarko-punk udah beridealis kok dengan tindakan, ucapan, dan pola pikir mereka masing-masing. Begitu juga street-punk yang saban hari nongkrong di pinggir jalan juga cukup beridealis dengan berbotol-botol alkohol di tangan mereka, mereka punya idealisme mereka sendiri. Apapun yang mereka ucapkan, lakukan, pikirkan adalah idealisme untuk diri mereka sendiri dan kelompok mereka. Ngga usah dibeda-bedakan. Biarkan kita berjalan apa adanya. Biarkan kita berbeda, ga perlu sama! Toh, politik kita cuma politik yang hanya bermain dalam lingkup teoritis dan stagnan, politik yang “mengekor” apa yang telah ada. Yang membuat kita satu, cuma satu kata-empat huruf yaitu, P-U-N-K. Punk yang lahir dan terus berevolusi dengan varian-variannya yang ngga perlu kita ributkan. Mengutip lagu dari Bunga Hitam (Jalan Baru); “tak bisakah kita duduk sejajar bersama/ sekedar berbicara tentang nasib bangsa/ tak bisakah sejenak kita tanggalkan/ seragam yang selama ini kita banggakan”…
Propaganda di luar media industri hiburan (kapitalis) yang menurut aku (setidak-tidaknya) sangat ampuh untuk diterapkan dan dijalankan adalah, apa yang dilakukan oleh kamerad-kamerad Marjinal cs, walaupun biasa-biasa aja. Sistem propaganda dimana dilakukan “pengenalan” tentang kultur punk dari lingkungan terdekat dimana kita tinggal, yach walaupun intinya “berkenalan sama tetangga dan ngga saling mengganggu”, dan seharusnya metode ini juga diikuti oleh komunitas/scene punk yang lain. Jangan cuma nongkrong, bikin distro, dll aja yang bisa dilakuin. Kalaupun akhirnya kamerad-kamerad Marjinal cs mencoba “merebut” dan akhirnya ada yang berkenan, entah itu media cetak/elektronik buat aku ngga ada artinya sama sekali. Waktu itu aku juga pernah baca tentang kultur punk/kehidupan kawan-kawan (Marjinal) di salah satu suratkabar. Tapi sangat disayangkan, materinya standar abis! Sama sekali jauh dari kesan materi yang berbobot, terlalu ringan, dan ngga beda jauh sama materi-materi tulisan tentang kultur budaya remaja yang sedang “in”. Paling juga suratkabarnya jadi buat bungkus cabe, hehehe... Seidealis apapun kamu di komunitas (punk), apapun yang kamu lakukan untuk punk itu hanya untuk “kesenangan” sesaat. Toh, cepat atau lambat kamu akan terbentur dengan kehidupan sebenarnya. Buat aku, punk bukan dari akhir tujuan hidup, punk ngga akan bisa kelak nanti menafkahi istri/anak-ku.
Ahh, cukup banyak media-media yang bisa kita lakukan sebagai senjata propaganda kita. Ngga penting ngajuin “proposal” atau berharap ada stasiun televisi untuk meliput tentang scene punk kita. Biar aja masyarakat yang mencari tau tentang kita, kalau ngga ada ya udah. Setelah beberapa stasiun televisi meliput tentang punk, toh ngga ada sesuatu yang berarti khan? Biasa-biasa aja. Kita ngga akan bisa merebut media (kapitalis) dan berharap simpati dari masyarakat tentang siapa kita (punk). Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita memperluas jaringan media yang sudah ada di tangan kita. TITIK!
(bersambung…)
Sumber
0 comments