Copy and Paste ???



Seorang kurator memesan ayam goreng di gerai KFC. Pelayan bertanya, “Mau yang original atau crispy?” Kurator menjawab, “Jaman sekarang sudah nggak ada yang original.”

Bagi saya, anekdot itu terdengar crispy. Berbeda dengan KFC yang menamakan paha ayam gorengnya dengan sebutan “drum stick”, yang di-copy-paste dari istilah untuk tongkat pemukul drum, dan karena itu terdengar original? Sementara KFC semakin jitu ketika perbedaan original dan crispy terdapat hanya pada kulitnya.

Copy paste adalah keseharian, peradaban. Orisinilitas yang 100% pun dianggap tak pernah diciptakan manusia, konon sudah sejak lama. Kata “orisinil” jadi hanya bisa ada ketika yang dimaksud adalah penciptaan sesuatu yang baru berkat pemikiran modifikasi kombinasi “penggabungan-penggabungan” dan, atau, karena pengaruh lainnya – entah sadar atau bawah sadar. Bisa juga itu adalah revisi. Atau bagi yang “relijius”, teorinya dalah: Tuhan sudah menyediakan segala ide, manusia yang merangkainya. Mungkin cuma penjual HP dan onderdil mobil yang masih suka mengklaim dengan bangga akan orisinilitas sambil menawarkan pada konsumennya, “Mau yang ori?”

Bahkan tampaknya aktivitas salin-tempel sudah dilakukan sejak anak-anak pertama di dunia mulai membunuh sesama, mencari solusi dengan menerapkan hal yang sama pada apa yang dilakukan terlebih dahulu oleh burung terhadap bangkai musuhnya: membuka tanah dan menguburkannya di sana.

Cukup. Sebelum tulisan ini terkesan keji plus berdarah, lebih baik kita terbang lebih maju lagi. Melihat bagaimana sayap burung menginspirasi terciptanya pesawat. Melihat prinsip dagang paling mendasar: memindahkan barang dari suatu tempat untuk di jual di tempat lain. Melihat iklan-iklan cetak jaman dulu yang kini berfungsi menjadi dekorasi restoran. Melihat logo klasik The Ramones, Weezeer, atau sampul album London Calling yang berasal dari sejumlah “plesetan” hal-hal popular. Juga pada yang sangat keseharian: membaca palng-plang nama jalan yang di-“copy paste” dari nama-nama flora, fauna, hasil bumi, dan pahlawan.

Lalu bagaimana dengan Candi Borobudur yang “disalin”, “dikecilkan”, dan “ditempel” pada kaos-kaos dan gantungan kunci cinderamata? Tentang arsitektur rumah yang dilengkapi air tejun imitasi? Tentang tiupan terompet di dalam keyboard? Tentang sejumlah mata acara televise? Tentang rasa dan citra merk-merk minuman lunak? Tata letak supermarket? Kopi kemasan kaleng? Kurt Cobain? Kripik kentang? Ikon? Asal-usul nama-nama kelompok musik? Mencuri marka jalan untuk dipajang di kamar? Fashion? Pilihan? Gaya hidup? Ngopi-ngopi? Mesin cuci? Mesin pencari? Kreativitas? Rekaman? Data? Semuanya tersedia?

Seberapa sering Anda menjumpai kata-kata “meminjam istilah” pada sebuah naskah pidato, buku, dan majalah?

Pernah melihat tukang fotokopi sibuk bekerja? Seperti itukah kita?


* Tulisan di atas dikutip dari “Copy-paste extraordinaire”

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati